Mohon tunggu...
Iwan Sukamto
Iwan Sukamto Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer Enthusiast, Photo, Politics, Poems, Story, and Life.

You and everyone you know are going to be dead soon. And in the short amount of time between here and there, you have a limited amount of fucks to give. Very few, in fact. And if you go around giving a fuck about everything and everyone without conscious thought or choice—well, then you’re going to get fucked. Mark Manson, The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Perempuan dalam Tepian Rona

23 Mei 2022   08:53 Diperbarui: 23 Mei 2022   08:54 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi Mbak ini maaf, jurnalis atau?," aku pun bertanya singkat

"Saya mahasiswa, ayah saya yang jurnalis," 

"Soalnya nggak mungkin mas kalau bukan wartawan bisa masuk ke area ini,"

Aku pun setuju karena waktu itu area monas dan istana dijaga dengan ketat, imbas demo buruh dan mahasiswa yang sedang berlangsung.

Sampai pada menjelang akhir orasi, aku mengajukan pertanyaan singkat,

"Bukannya hidup itu mesti terus berjalan Mba? kenapa kita mesti memperjuangkan ini,"

Dia diam dan hanya tersenyum. Senyuman yang meningalkan banyak tanya antara harapan atau nyinyiran.

Aku pun tidak menyangka suatu pertemuan yang random itu bisa membawa perspektif dan keyakinan yang berbeda tentang hidup, terutama tentang politik, hukum, keadilan dan penegakan HAM di negeri ini. 

Acara singkat itu berakhir, tetapi petualangan ini pun belum berakhir, hujan rintik kala itu masih menyelimuti, dia pun melanjutkan kegiatannya untuk mewawancarai Mba Vebrina salah satu relawan aksi kamisan yang sangat setia menemani aksi dari tahun 2016. Pertanyaan yang diajukan cukup kritis dan aku menjadi pendengar yang baik, terutama dalam merasakan bahwa perjuangan ini sungguh sangat berat, tidak berkesudahan tetapi mereka yang berjuang terutama Ibu Maria Sumarsih (orang tua korban) tidak pernah kehilangan harapan untuk terus melakukan aksi ini.

Ketika wawancara itu berakhir akhirnya kami saling menyapa satu sama lain dan bercerita tentang pandangan politik, hukum dan perjuangan hidup yang masing masing dilalui. Dia adalah seorang mahasiswi jurusan Ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Unair Surabaya yang datang ke Jakarta dengan tujuan utama meliput aksi Kamisan, cita cita politik menjadi jalan yang dia pilih, disaat wanita lain memilih untuk lebih fashionable atau trendy tetapi dia datang ke tempat ini untuk merasakan atmosphere dan meliput suatu fenomena politik.

Dalam suasana senja menjelang malam yang rintik itu, aku menemani nya berjalan dari Monas menuju stasiun Gambir, berjalan kaki sepanjang jalan pulang itu tidak terasa begitu melelahkan karena aku kembali merasakan gairah yang sama dengannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun