Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjernihkan Hati Dimusuhi di Tengah Jurnalisme Mati

28 Desember 2017   15:49 Diperbarui: 28 Desember 2017   21:16 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nauzubillah.

Islam jernih. Pernikahan sakral dalam aturan. Itu adab dan peradaban.  Sosok wanita, bercerai, hendak menikah lagi butuh tenggang waktu tiga bulan kemudian sah, masa idah. Baru belakangan ilmu kedokteran membuktikan, ibarat digital signature di ranah komputer, sidik jari lelaki akan ada di tubuh wanita dan baru  luntur tiga bulan kemudian. Maka wanita bersetubuh dengan lebih satu lelaki,  akan teregister bersidik jari lebih dengan satu pria. Hukuman zina juga jernih.

Mengapa semua banyak hal pondamen menjadi seakan kusut-masai  di negara kita kini?  Sebagai umat beragama, jawabnya kita alot menjernihkan hati. 

Di dalam Islam, walaupun  hati sebagai fisik itu instrumen organ manusia, wujudnya nyata ada  namun ada juga faktor non fisiknya. Alam tak nyatanya, hati TIDAK  boleh diberi asupan makanan haram, makanan kotor, karena bisa membuatnya mengeras. Hati membatu.

Anda bisa bayangkan peradaban kita ke depan, bila umat beragama, khususnya Muslim, tak kunjung menjernihkan hati, di tengah  jurnalisme mati, Indonesia apakah  kita bangun?  

Sebagai selemah-lemahnya iman, maka kali ini saya menulis ihwal agama, tepatnya untuk diri saya,  Anda semua wartawan agar mendapat hidayah, juga para pemilik segenap media di tanah air  terutama, jernihkanlah hati. Mari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun