Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belajar tentang Ilmu Kehidupan dari Pak Daman Penjual Sapu

6 Februari 2017   00:43 Diperbarui: 6 Februari 2017   15:19 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Daman (koleksi pribadi)

Di lingkungan perumahan kami, ada seorang pedagang keliling menjual perlengkapan rumah tangga. Saya tidak ingat betul sejak kapan beliau berjualan, namun rasanya sudah lebih sepuluh tahun. Saya sering melihat bapak pedagang itu di berbagai kesempatan. Pedagang itu namanya Pak Daman, usianya sekitar 70 tahun. Pak Daman menjual alat perlengkapan rumah tangga seperti sapu, keset, gayung atau penebah. Beliau memikul dagangannya, berjalan sambil menyeru menawarkan dagangan. Saya melihat semangat bekerja Pak Daman tidak berubah sejak dulu. Beliau tetap berjalan, menjajakan dagangan setiap hari. Lingkungan perumahan kami seluas sekitar 3 ha dengan jalan mendaki dan turun. Beliau juga menjajakan ke tempat lainnya.

Ada yang berubah akhir-akhir ini dibanding sebelumnya. Jumlah dagangan Pak Daman tidak sebanyak dahulu. Dahulu, volume barang yang dipikul penuh. Saya memahami, kemungkinan fisiknya sudah menurun sehingga berat memikul dagangan dalam jumlah besar. Hal lainnya, jalan Pak Daman semakin lambat tidak secepat dahulu. Tidak banyak orang seumuran beliau bekerja seperti itu, berjalan kaki seharian.

Bila ketemu Pak Daman, pikiran tidak mudah lepas dari sosok beliau ini. Sosok beliau sangat unik. Berdagang sapu selama itu menunjukkan bahwa beliau mampu bertahan menghidupi keluarganya. Beliau pasti telaten, pedagang yang ulet sekaligus sabar. Beliau mengaku kulakan atau mengambil barang dari Pasar Besar Kota Malang.

Harga dagangan Pak Daman sangat terjangkau. Setiap sapu dijual hanya 25 ribu, sapu halaman seharga 15 ribu, dan keset dijual seharga 10 ribu rupiah. Beliau mengaku mengambil keuntungan sedikit dan sewajarnya. Beliau ramah melayani pembeli, tutur katanya lembut, sopan dan pelan. Beliau menyambut pembeli dengan senyum. Selalu ada kata-kata yang disampaikan lebih dari sekedar menyapa, untuk mengajak kenal lebih jauh. 

Ketika saya bertanya, “Dagangannya laku, Pak?”

“Alhamdulillah, Pak, sehari bisa habis,” jawabnya. Saya sedikit terkejut dengan jawaban itu. Namun, saya segera sadari, pasti rejeki Pak Daman selalu mengalir mengikuti kesabarannya. Dengan pengalamannya, Pak Daman tahu ke mana berkeliling menemui pembeli. Hal yang seperti ini saya tidak mampu memahami.

Itulah Pak Daman, penjual sapu. Beliau mengajarkan kehidupan kepada saya, sebagai berikut:

Keyakinan. Sosok Pak Daman penuh dengan keyakinan menjalani kehidupan. Keyakinan itu yang membuat Pak Daman bertahan menjual sapu hingga kini. Keyakinan menguatkan sikap hidup mengalahkan berbagai kelemahan yang banyak dimiliki orang umumnya, misalnya keraguan, kegalauan, atau perilaku malas.

Ada rasa malu kepada Pak Daman. Banyak orang, termasuk saya, terlalu banyak berpikir atau menghitung-hitung. Berpikir tentang ketakutan atau kekhawatiran, tidak percaya diri menghadapi kehidupan. Takut kekurangan, kuatir tidak cukup, gelisah tidak naik jabatan, atau gamang tentang masa depan. 

Kepolosan. Sosok Pak Daman adalah apa adanya, simpel, dan terbuka. Keterbatasan atau kelemahannya menjadi pedagang dapat dibaca orang lain. Ini menjadikan Pak Daman orang yang bersih, jujur, dan sederhana. Karakter ini membuatnya mudah bergerak dan ringan berjualan. Pak Daman hidup tanpa atribut keduniaan, gengsi, atau ego. Pak Daman hidup lebih mulia dan lebih bersyukur dibanding orang kebanyakan.

Tidak mudah hidup polos seperti Pak Daman, yang apa adanya. Saat ini, budaya atau atribut keduniaan begitu kuat. Orang hidup sederhana dianggap aneh atau tidak bergengsi. Orang bisa malu bila tampilannya tidak fashionable. Orang gelisah ketika rumahnya, mobilnya, atau propertinya mirip dengan punya orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun