Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setelah Webinar, Terus Bagaimana?

30 Juli 2020   10:16 Diperbarui: 30 Juli 2020   10:14 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (wopita.com)

Suatu hari saya melihat postingan teman, yang menunjukkan ia telah mengikuti tiga webinar dalam sehari.  Saya terus terang kagum dan salut begitu semangatnya ia untuk kegiatan berwebinar.  Pasti ia telah menemukan hal-hal positif, mungkin pengetahuan baru, teman-teman baru, atau punya update status untuk medsosnya.

Webinar dalam masa pandemi Covid-19 adalah hal yang marak.  Ini juga fenomena baru yang sebelumnya tidak pernah ada.  Di lingkungan dunia pendidikan tinggi, nampaknya frekwensi kegiatan webinar juga menjadi ukuran kinerja lembaga perguruan tinggi (PT).  Setiap PT diminta melaporkan aktivitas webinar atau aktivitas daring sejenis kepada instansi kementerian yang menaunginya.

Saya juga mengikuti kegiatan webinar, yang berkaitan dengan organisasi profesi keilmuan.  Motivasinya adalah untuk menambah pengetahuan terkait dengan keilmuan,.. kata singkatnya untu belajar.  Yang saya suka adalah bila webinar itu menampilkan data-data statistik perihal sosial ekonomi.  Tidak banyak pakar webinar yang utak-atik data statistik; kebanyakan hanya argumentasi dan terkadang juga kebablasan .. dan mengriktik sana sini.

Tawaran atau undangan webinar sangat banyak, baik melalui WA atau medsos lainnya.  PT besar di ibukota hingga PT kecil di daerah seolah berlomba mengundang peserta dengan iming-iming gratis dan dapat sertifikat. 

Yang menjadi pertanyaan adalah setelah ikut webinar, terus bagaimana, harus apa, atau untuk apa. Apakah lenyap begitu saja, atau menunggu-nunggu sertifikat, atau copy darat sambil reuni, atau posting foto update status, atau berencana untuk webinar putaran berikutnya. Kalau memang demikian maka tujuan ikut webinar mungkin lewat begitu saja; sama seperti nonton sinetron di TV atau menyalurkan hobi/kesenangan/hiburan saja.

Menghadiri webinar, seminar atau membeli produk informasi diibaratkan dengan mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun.  Semua pesertanya kemudian duduk di depan tumpukan kayu ini, dan berharap entah bagaimana tumpukan kayu ini akan secara ajaib menyala sendiri menjadi kehangatan. Ini adalah hal mustahil. 

Kunci keberhasilan ikut seminar adalah apabila peserta aktif menemukan, mencari-cari nilai dan manfaat, atau menyumbangkan pemikiran yang positf.  Ini dapat diibaratkan peserta beramai-ramai bangun dari tempat duduknya kemudian maju untuk menyalakan kayu api unggun.  

Semua peserta kemudian menemukan kehangatan api unggun bersama-sama.  Celakanya, mungkin ada juga peserta masih tetap kedinginan ...  bisa dipastikan ini adalah peserta seminar/webinar selundupan.

Untuk menjawab pertanyaan itu, maka seseorang harus punya rencana, atau mempersiapkan diri sebelumnya.  Ikut webinar perlu direncanakan sesuai kebutuhan. Tidak perlu semua webinar diikuti, tetapi diseleksi sesuai kebutuhan tugas atau profesi. 

Seorang dosen yang mau studi S3 ke luar negeri maka webinar perihal promosi pendidikan sangat tepat untuk diikuti.  Seorang dosen yang sedang riset wisata, maka ia membutuhkan webinar pengembangan wisata.  Bahkan webinar itu dapat menjadi sumber referensi bagi risetnya.

Dengan menyusun kebutuhan tersebut, seseorang akan terarah sekaligus mempersiapkan diri, dan menjadi bekal efektif untuk mendapatkan apa yang diharapkan dalam partisipasi webinar.  

Ini pada dasarnya melatih seseorang membangun kepemimpinan dan mengelola segala kebutuhan akan profesi dan pekerjaannya.  Apa yang dapat dilakukan setelah mengikuti webinar atau sejenis seminar lainnya.

Klarifikasi

Seseorang peserta perlu melakukan klarifikasi terhadap pernyataan, argumentasi atau data yang terungkap dalam paparan atau diskusi dalam seminar.  Ini dapat dilakukan dengan menghubungi narasumber atau peserta (kategori pakar) yang menyampaikan pendapatnya.  Semakin cepat komunikasi dilakukan akan semakin baik.  

Mengapa? Karena si pakar juga sedang menilai keseriusan peserta.  Janji ketemuan dapat dilakukan dengan tatap muka, atau daring.  Pertanyaan yang disampaikan menunjukkan kualitas peserta.

Peserta seminar yang serius akan punya pertanyaan/atau pernyataan bermutu kepada nara sumber seperti ini: "Saya sedang membuat buku, apakah bapak berkenan memberi masukan?", "Saya sedang uji coba produk, namun belum menemukan formula, bagaimana tanggapan bapak mengenai hal ini", "Kami akan launching produk baru, kiranya bapak berkenan hadir dan memberikan sambutan atau testimoni"

Klarifikasi dapat dilakukan dengan mendatangi perpustakaan, atau searching internet untuk menemukan konsep yang mengkonfirmasi atau konfrontasi dari suatu pernyataan dalam seminar.  Klarifikasi juga dilakukan dengan pergi ke lapangan untuk melihat fakta, bukti atau kondisi existing.

Investasi  

Mengikuti seminar atau webinar memerlukan korbanan, berupa waktu, tenaga, pulsa, atau biaya tertentu.  Sekalipun gratis biaya pendaftaran, maka ikut webinar harus dipandang sebagai biaya investasi.

Cara berpikir ini harus dibangun agar keikutsertaan webinar tidak sia-sia.  Karenanya peserta juga merencanakan manfaat apa yang harus didapat untuk menutup biaya itu.  Upaya melakukan klarifikasi seperti dilakukan di atas, merupakan bagian meraih manfaat atau menemukan nilai-nilai positif. 

Cara berpikir ini membawa seorang peserta webinar mengelola diri sendiri dan orang lain untuk mencapai tujuan karirnya.  Hal ini pasti sudah terpikir dalam benak seorang entrepreneur sekaligus melatih membangun leadership.  Seorang dosen dapat melibatkan mahasiswa ketika klarifikasi data ke perpustakaan atau pergi ke lapangan.  Seorang pengusaha dapat melibatkan anak buahnya pergi klarifikasi ke pemasok untuk memastikan bisnisnya.

Intinya, peserta seminar perlu memastikan bahwa ia sudah menemukan manfaat atau benefit dari suatu webinar.  Selama belum tercapai, maka ia tidak harus ikut webinar lainnya kecuali hanya buang-buang energi.

Target waktu

Seorang peserta seminar harus taat jadwal, memastikan target waktu sesuai kebutuhan profesi atau bisnisnya.  Maknanya pekerjaannya sendiri sebenarnya lebih penting, dibanding keikutsertaannya dalam webinar.  Implikasi dari webinar tidak perlu mengganggu jadwal atau skedul kegiatannya.

Langkah melakukan klarifikasi harus terjadwal ketat mengikuti kebutuhan.  Seorang pengusaha tidak perlu berlama-lama melakukan klarifikasi setelah webinar atau seminar.  Mengapa?  karena ia harus memastikan bisnisnya berjalan segera, misalnya melaunching produk.  

Dosen juga harus segera menyelesaikan riset dan submit naskah ke jurnal, karenanya ia harus memastikan bahwa konsultasi ke pakar setelah webinar harus cepat selesai.  Demikian juga, dosen yang ingin menerbitkan buku maka ia harus sedikit memaksa pakar memenuhi permintaannya sesuai jadwal, agar bukunya segera masuk penerbit.

Bergabung dengan group profesional

Kebutuhan mengikuti webinar harus sudah terumuskan sebagai bagian dari pengembangan karir seseorang, pengembangan bisnis atau misi organisasi.  Hal ini juga merupakan upaya memelihara kompetensi atau profesionalitas seseorang.

Untuk memelihara kompetensi itu, seseorang perlu membangun komunikasi, bertukar pikiran dan ide satu sama lain dengan orang lain yang memiliki kompetensi atau profesi serupa.  Ini dapat dilakukan dengan bergabung dengan organisasi profesi tertentu, atau bermitra dengan afiliasi tertentu dengan akuntabilitas yang jelas. 

Menciptakan suasana belajar, dengan mendengar, mencermati, melakukan analisis dan sintesis dalam organisasi profesional adalah hal yang tepat.  Bergabung dengan orang-orang seprofesi memerlukan pendekatan dengan kerendahan hati.  

Hilangkan sifat mendominasi, menggurui, agresif agar tercipta suasana belajar.  Mengapa? Karena mereka ini juga merupakan orang-orang pembelajar.

Malang, 30 Juli 2020

Buku yang sudah diterbitkan:

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Cetakan 1 tahun 2004. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho. 2013. Budaya Akademik Dosen Profesional. Era Adicitra Intermedia, Solo. 169p. ISBN 978-979-8340-26-0
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
  • Iwan Nugroho. 2018. Menulis, Membangun kekuatan dan motivasi kehidupan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 155p. ISBN 9786022299271

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun