Kemenangan Leclerc di seri Belgia akan menjadi awal untuk juara atau podium di seri-seri berikutnya. Sebab, F1 dalam kurun waktu lima tahun terakhir sangat membosankan.
Charles Leclerc akhirnya meraih kemenangan pertamanya di ajang F1, pada minggu kemarin di seri Belgia 2019 (1/9).Â
Penggemar F1 mungkin sama dengan saya: menunggu-nunggu moment ini. Mengapa? Jawabannya simpel saja, F1 dalam kurun waktu lima tahun terakhir sangat membosankan.Â
F1 jadi membosankan karena yang menang itu-itu saja. Dominasi pabrikan Mercedes terlalu superior, juga tampilan Lewis Hamilton membosankan dan terlalu mudah ditebak. Ini yang mengurangi daya tarik F1.
Gelaran F1 bukan sekadar adu cepat atau adu teknologi. Gelaran F1 adalah kombinasi hiburan, wisata, dan TV --bisnis pendukungnya. Konsumennya bukan hanya penonton semata tetapi juga jasa wisata, hospitality dan industri lainnya. Â Â
Jelasnya gelaran F1 harus memuaskan semua pihak, menyenangkan dan menghibur orang banyak, di seluruh dunia.
Musim ini, F1 sudah menggelar 13 seri. Bisa dilihat muka-muka pembalap lama masih dominan, yakni Hamilton, Bottas, Verstappen, dan Vettel, yang saat ini memimpin klasemen sementara.Â
Mereka selama lima tahun terakhir mendominasi balapan. Dan ini juga membosankan. Mereka sudah mengusulkan perubahan aturan yang lebih kompetitif untuk musim-musim mendatang.
Tampilnya anak-anak muda di ajang F1 selalu menarik. Karena merekalah yang akan menjadi perhatian dan mempopulerkan F1. Anak muda ini mungkin yang akan meramaikan F1 dalam tiga hingga enam tahun mendatang. Â
Sejarah ini akan terus berulang, melahirkan generasi baru pembalap. Pada tahun 2016, saya menulis perihal Max Verstappen di kompasiana. Benar bukan, terbukti kini ia masuk pembalap level atas F1.
Karena itu kemenangan Charles Leclerc dapat memberi suasana baru. Hall of Fame F1 Journalist, David Tremayne melihat kemenangan Leclerc di seri Belgia akan menjadi awal untuk juara atau podium di seri-seri berikutnya.
Keputusan Ferrari merekrut Leclerc sudah tentu sangat matang dan tepat. Track record Leclerc di ajang balap kelas (sebelumnya) di bawah F1 sangatlah kompetitif. Tahun lalu ia masuk ke F1 pertama kali, direkrut tim Sauber, dan mampu memberikan poin dan posisi untuk timnya.Â
Kepercayaan Ferrari itu ia tunjukkan dengan sangat baik pada F1 musim ini, dengan hasil ia tampil 6 kali podium, dan kini ada di posisi 5 klasemen, dibawah empat seniornya. Ia mampu mengelola tekanan saat bersaing dengan seniornya.Â
Potensi Leclerc ke depan tentu makin menjadi sorotan. Kelebihan pada Leclerc rasanya cukup lengkap. Pertama, ia ada dalam tim scuderia yang selalu berambisi juara. Ia juga sangat harmoni dengan tim, juga dengan Vettel. Ini modal bagi kerjasama dalam tim.
Kedua, Leclerc punya pribadi yang matang. Ia punya kemampuan kontrol yang luar bisa. Meski usianya baru 21 tahun, ia telah siap sebagai public figure. Artinya ia bisa menghadapi tekanan dan tantangan di sirkuit atau di luar sirkuit. Â
Terakhir, Leclerc tampil bak pemuda yang memmesona. Adu balap adalah adu ego, memunculkan kesan jagoan, ambisi dan hasrat mengalahkan lawan. Tampilan Leclerc jauh dari kesan jagoan. Â
Lihatlah saat di podium, ia selalu cool dan tenang, memancarkan seseorang yang biasa saja, bahkan seperti anak yang manis dan lembut.Â
Kesan ini membangun sisi positif kepada dirinya dan ajang F1. Kehidupan pribadinya juga muncul secara positif, tampil keren seperti anak muda umumnya.Â
Nah, wajah cakepnya akan menjadi perhatian khususnya para gadis dan kaum hawa.Â
Malang, 4 September 2019