Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengunjungi Mazar Pendiri SMA Plus Muthahhari

1 Maret 2023   14:10 Diperbarui: 1 Maret 2023   14:13 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan sederhana itu terletak jauh di pelosok desa. Berdiri di tepi jalan yang tidak terlalu lebar. Jalan desa yang membentang sepanjang Sungai Citarik di sampingnya.

Desa tempat bangunan berdiri bernama Desa Sangiang. Berada di wilayah Kecamatan Ranca Ekek, Kabupaten Bandung Barat. Dari pusat Kota Bandung berjarak sekitar 30 KM ke arah timur.

Bangunan yang dilaburi cat hijau itu merupakan makam keluarga. Didirikan sejak puluhan tahun yang lalu dan direnovasi serta diperluas pada tahun 2021. Di dalamnya terdapat belasan makam dari keluarga dan kerabat dekat KH. Rakhmat Suja'i.

Pada mulanya kompleks pemakaman ini adalah makam keluarga pada umumnya. Berderet disekitarnya dua makam keluarga yang lain. Makam keluarga KH. Rakhmat Suja'i mengalami perluasan fungsi sejak awal  tahun 2021. Makam yang semula sepi dan sunyi bersalin rupa menjadi tempat ziarah yang cukup nyaman. Ramai didatangi tamu dari segenap penjuru.

Transformasi makam keluarga ini tepatnya berawal pada bulan Februari 2021. Saat itu, seorang tokoh pendidikan, ulama dan cendikiawan ternama Indonesia KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. berpulang ke Rahmatullah. Di pemakaman keluarga ini beliau dikebumikan.


Mengenal Lebih Dekat KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc.

Ketokohan cendikiawan tanah air ini dikenal secara luas. Jejak langkahnya dapat kita saksikan di berbagai sumber bacaan. Kang Jalal, sapaan akrab beliau, dikenal sebagai pakar komunikasi utama. Beliau meniti karir sebagai dosen di Universitas Padjadjaran, Bandung, ITB, dan perguruan tinggi lain. Sebagai pakar komunikasi, namanya melekat erat pada buku, salah satunya, "Psikologi Komunikasi" yang ditulisnya. Buku best seller yang puluhan kali dicetak ulang. Sebuah magnum opus, yang menjadi pegangan, tidak saja bagi mahasiswa ilmu komunikasi, juga masyarakat luas .

Kepakaran beliau tidak dibatasi sekat-sekat Ilmu Komunikasi yang digeluti. Rasanya tak ada yang asing dengan peranan beliau sebagai salah seorang tokoh muslim terkemuka. Nama beliau disejajarkan dengan Dr. Nurcholis Madjid, K.H. Abdurrahman Wahid, dan Dr. Amien Rais. Lebih dari empat puluh judul buku  yang ditulisnya adalah diantara bukti, kecendekiaan tersebut. Islam Aktual, Islam Alternatif, dan Dahulukan Akhlak di atas Fikih, sekadar menyebutnya tiga, adalah karya-karya beliau. Tiga buku yang dicetak ulang berkali-kali. Menjadi best seller yang selalu diburu penikmat buku.

Warisan KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat berikutnya adalah jejak langkah beliau dalam dunia pendidikan.  SMA Plus Muthahhari, SMP Plus Muthahhari, SMP Bahtera Muthahhari, dan Sekolah Cerdas Muthahhari yang didirikannya cukup memberi kita gambaran akan kiprah beliau. Kiprah yang mengejawantahkan cita-cita besar beliau turut serta mencerdaskan anak bangsa.

Berziarah ke Mazar

Perubahan yang terjadi pada makam keluarga dapat kita lihat pada papan nama di pintu masuk. Tertera nama "Mazar Allahyarham KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.". Mazar adalah kata yang diambil dari Bahasa Arab, yang artinya tempat ziarah. Sedangkan Allahyarham adalah sapaan berisi doa bagi mereka yang sudah kembali ke haribaan Tuhan. Sapaan ini pun diserap dari Bahasa Arab.

Mang Fendi menunggu tamu (dokpri)
Mang Fendi menunggu tamu (dokpri)

Yang juga berubah adalah komplek makam secara keseluruhan. Ada fasilitas toilet yang lega, tempat wudhu, ruang ziarah yang lapang, taman, dan pojok baca. Semua fasilitas ini tidak dijumpai pada bangunan makam sebelumnya.

Saya berkesempatan mengunjungi pusara Allahyarham. Mendekati peristirahatan terakhir tokoh panutan ini. Membacakan berbaris doa serta ayat-ayat suci di samping batu granit hitam pusaranya.

Sore itu, cuaca cukup dingin. Hujan yang turun sepanjang malam masih meninggalkan jejaknya. Sepanjang hari mentari enggan memancarkan sinarnya. Sedang sang angin berembus tak kenal henti.

Motor yang saya tunggangi telah sampai di halaman Mazar. Saya letakkan persis di sisi pintu masuk. Sore itu serombongan peziarah baru saja berlalu. Kepulangan mereka memberi saya anugerah berupa tempat parkir yang lengang. Dengan leluasa saya dapat menyandarkan kapal, eh, kendaraan roda dua.

Begitu tiba saya disambut sapaan akrab dari Mang Fendi. Ia yang bertugas sebagai penunggu Mazar. Ia menanyakan kabar serta menyampaikan berita terakhir berkaitan dengan Mazar. Saya mengenalnya dengan akrab. Berkali-kali kami bertemu saat saya datang ke tempat ini.

taman di ruang ziarah (dokpri)
taman di ruang ziarah (dokpri)

Rasa lelah setelah hampir dua jam nyemplak di atas jok motor perlahan hilang. Suasana taman yang menghijau oleh hamparan rumput serta tanaman hias di atasnya jadi penyebabnya. Bunga matahari yang sedang mekar-makarnya menambah perasaan semakin damai.

Saya menuju tempat wudhu di sudut taman kecil di dalam Mazar. Sapuan tangan ke wajah memunculkan rasa segar. Air tanah yang mengalir dari keran terasa dingin. Dengan perasaan yang telah bugar saya mendekati pusara.

Ada dua pusara berukuran lebih besar dari pusara-pasara yang lain. Kedua pusara ini adalah Kang Jalal dan istri, Hj. Euis Kartini. Keduanya kembali menghadap Sang Khalik hanya selang empat hari. Kang Jalal wafat pada 12 Februari 2021 dan istri beliau pada tanggal 8 Februari.

peristirahatan terakhir (dokpri)
peristirahatan terakhir (dokpri)

Saya membacakan surat Al Insan, Al Mulk, dan Yasin dari buku doa yang tersedia. Saya niatkan sebagai persembahan, hadiah untuk keduanya, juga untuk para almarhumin di sekitarnya. Saya pun membacakan tahlil, sebagai hadiah. Saya merenung beberapa saat. Mengingat legacy yang ditinggalkan Kang Jalal dan istri.  

pojok baca (dokpri)
pojok baca (dokpri)

Di akhir kunjungan, Mang Fendi menyediakan dua cangkir teh hangat. Saya nikmati berdua bersama istri yang menemani sore itu. Tak lama kami pun kembali. Meniggalkan Mazar menjelang adzan Maghrib. Meninggalkan kenangan pada bunga Matahari yang sedang mekar-mekarnya.

       

 

 

      

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun