Perubahan yang terjadi pada makam keluarga dapat kita lihat pada papan nama di pintu masuk. Tertera nama "Mazar Allahyarham KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.". Mazar adalah kata yang diambil dari Bahasa Arab, yang artinya tempat ziarah. Sedangkan Allahyarham adalah sapaan berisi doa bagi mereka yang sudah kembali ke haribaan Tuhan. Sapaan ini pun diserap dari Bahasa Arab.
Yang juga berubah adalah komplek makam secara keseluruhan. Ada fasilitas toilet yang lega, tempat wudhu, ruang ziarah yang lapang, taman, dan pojok baca. Semua fasilitas ini tidak dijumpai pada bangunan makam sebelumnya.
Saya berkesempatan mengunjungi pusara Allahyarham. Mendekati peristirahatan terakhir tokoh panutan ini. Membacakan berbaris doa serta ayat-ayat suci di samping batu granit hitam pusaranya.
Sore itu, cuaca cukup dingin. Hujan yang turun sepanjang malam masih meninggalkan jejaknya. Sepanjang hari mentari enggan memancarkan sinarnya. Sedang sang angin berembus tak kenal henti.
Motor yang saya tunggangi telah sampai di halaman Mazar. Saya letakkan persis di sisi pintu masuk. Sore itu serombongan peziarah baru saja berlalu. Kepulangan mereka memberi saya anugerah berupa tempat parkir yang lengang. Dengan leluasa saya dapat menyandarkan kapal, eh, kendaraan roda dua.
Begitu tiba saya disambut sapaan akrab dari Mang Fendi. Ia yang bertugas sebagai penunggu Mazar. Ia menanyakan kabar serta menyampaikan berita terakhir berkaitan dengan Mazar. Saya mengenalnya dengan akrab. Berkali-kali kami bertemu saat saya datang ke tempat ini.
Rasa lelah setelah hampir dua jam nyemplak di atas jok motor perlahan hilang. Suasana taman yang menghijau oleh hamparan rumput serta tanaman hias di atasnya jadi penyebabnya. Bunga matahari yang sedang mekar-makarnya menambah perasaan semakin damai.
Saya menuju tempat wudhu di sudut taman kecil di dalam Mazar. Sapuan tangan ke wajah memunculkan rasa segar. Air tanah yang mengalir dari keran terasa dingin. Dengan perasaan yang telah bugar saya mendekati pusara.
Ada dua pusara berukuran lebih besar dari pusara-pasara yang lain. Kedua pusara ini adalah Kang Jalal dan istri, Hj. Euis Kartini. Keduanya kembali menghadap Sang Khalik hanya selang empat hari. Kang Jalal wafat pada 12 Februari 2021 dan istri beliau pada tanggal 8 Februari.