Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasar Hantu, Menjual Jiwa Demi Kesenangan Dunia. Benarkah Ada?

23 Agustus 2018   23:18 Diperbarui: 23 Agustus 2018   23:34 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berapa waktu yang lalu, aku menonton sebuah tayangan di sebuah stasiun televisi. Dalam kisahnya ada menceritakan tentang pasar yang berisi hantu-hantu yang berjualan disana. Seram sekali. Jadi teringat mimpi-mimpi aneh yang pernah kualami sekian tahun lalu.

Terkadang aku suka membawa anak-anak berkelana, keliling saja. Saat itu tengah malam, kami baru pulang. Anak-anak sudah tertidur di mobil. Waktu itu aku sudah dekat rumah, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang sangat berbeda. Seketika semua menjadi sedemikian sunyi senyap. Seperti berada dalam tempat yang hampa udara. Ada kabut tipis dan aku merinding. Badan terasa aneh, seperti saat mau rep-repan. Rasanya seperti saat akan mulai tindihan kalau tidur. Langsung aku berdoa dalam hati. Aku tak henti-hentinya menyebut nama Tuhan. Puji Tuhan, perlahan rasa itu hilang dan segala sesuatu menjadi normal kembali. Aku menyebutnya dunia satu setengah. Dunia ganjil yang hampir saja kumasuki.

Setelah sampai rumah, kami beristirahat. Lalu setelahnya, aku bermimpi aneh. Sepertinya aku mau pergi ke bandara. Aku berjalan kaki di suatu jalan yang aku belum pernah tahu. Gelap dan sepi. Kemudian saat melewati sebuah pohon besar, aku iseng saja menaiki pembatas semenan disekeliling pohon itu. Dan anehnya, saat  memutari pohon itu, tiba-tiba aku sampai disatu tempat entah dimana...

Tempat itu seperti pasar. Ramai sekali. Ada banyak yang berjualan. Seperti pasar malam. Tapi sepertinya tidak ada yang mempedulikanku. Aku berjalan terus sambil melihat-lihat, ramai..tapi seperti senyap. Pergerakan semua yang disana seperti diudara hampa. Beberapa kali kuajak mereka berbicara, tapi sepertinya mereka tidak peduli. Tiba-tiba ada yang mengajakku berbicara. Wanita itu berjualan minyak. Aneh.. Dia memaksa aku untuk membeli minyaknya. Aku menolaknya. Dari semua orang disana, hanya penjual minyak itu yang mempedulikan kehadiranku. Dia terus mengejar dan memaksaku untuk mengambil minyaknya saja tanpa perlu membelinya. Katanya dengan mengambil minyak itu, aku akan mendapat segala yang aku inginkan.

Aku tetap tidak mau mengambil minyak yang ia tawarkan. Aku memilih bergegas untuk kembali ke pohon itu untuk melanjutkan perjalanan ke bandara. Lalu, setelah sampai di pohon itu, aku celingukan. Tidak tau harus kemana untuk kembali ke jalan yang tadi. Tiba-tiba ada lelaki tua yang terlihat begitu berantakan penampilannya, ia memberitahuku cara untuk kembali. "Putari lagi pohon itu, kamu akan sampai jalan yang tadi.."

Benar juga, setelah kuputari.. aku temukan jalan yang tadi. Kususuri jalan itu. Ternyata dalam perjalanan aku temui ada orang lain yang seperjalanan denganku. Begitu hendak masuk bandara, kami potong kompas agar tidak terlambat. Untunglah kami tidak terlambat. Tapi, begitu kami akan masuk ke pesawat, aku melihat penjual minyak itu lagi. Aneh.. Dia mengejarku dan orang itu. Kulihat orang itu akhirnya mengambil minyak yang dijual sang penjual minyak. Lalu, penjual minyak itu mengejarku lagi. Ia memaksaku untuk menerimanya. Ia terus merayuku untuk mengambil minyak itu. Apapun yang kuinginkan, katanya akan terwujud dengan minyak itu. Aku tetap tidak mau, kutinggalkan saja penjual minyak itu dan masuk ke pesawat. Setelahnya, aku terbangun..

Keesokan harinya, aku mimpi lagi. Sepertinya aku sudah sampai di Jakarta. Aku dinner sama Mama. Di restoran itu, aku bertemu penjual minyak itu lagi. Penjual minyak itu memaksaku untuk menerima minyak itu. Ia lalu membawaku ke satu bagian di sisi restoran itu. Seperti ada sebuah rak. Ia menunjukkan banyak hal. Semua itu yang aku inginkan. "Itu yang kamu inginkan kan? Ambil minyak itu dan kamu akan mendapatkan segalanya. Kesuksesan, nama besar, uang, semua keinginanmu ini.. akan menjadi milikmu.. Ambillah.."

Aku tercekat. Dalam pikiranku saat itu, "Itu keinginan duniawi. Kalaupun aku mendapatkannya, bukan dengan jalan ini. Ini bukan jalan Tuhan.." Lalu aku tetap menolak minyak itu. Aku lebih memilih untuk meninggalkannya.

 Aku merasa itu mimpi yang aneh. Berurutan dengan kejadian-kejadian dan mimpi itupun bersambung.. berurutan. Rasanya seperti nyata, hanya saja berkelana di dunia tak nyata. Entahlah.. Tapi aku bersyukur untuk tidak mau mengambilnya. Karena aku yakin itu bukan jalan Tuhan. Begitu banyak cara kuasa gelap untuk menguasai manusia, mereka berusaha membuat kita tunduk kepadanya. Dan sekali kita menerima pemberiannya, maka selamanya kita akan terikat. Itu berarti menyerahkan jiwa kita kepada kuasa gelap. Jangan pernah mau menerima pemberiannya, pertolongannya atau apapun dari kuasa gelap. Karena apa yang mereka berikan tidak gratis. Mudah-mudahan Tuhan selalu melindungi kita dan menjauhkan kita dari yang jahat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun