Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Reborn III (Meletakkan Dasar Indonesia Baru Dua Ratus Tahun Ke Depan)

4 Maret 2017   19:38 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tetapi orang yang bukan Muslim yang pemahaman tauhidnya tidak bagus, susah sekali buat ibadah secara ihlas yang benar karena Allah semata, sehingga cenderung mudah sekali disesatkan iblis dan setan. karena itulah kenapa dosa syirik jadi termasuk dosa besar yang sulit dibersihkan. Sebaliknya, orang yang beragama Muslim pun, juga sama dengan mereka jika pemahaman tauhidnya tak bagus, tak beramal secara ihlas karena Allah semata, dan tersesatkan oleh iblis dan setan. Gampangnya, orang Muslim seperti itu adalah ahli kita juga, bukan  seorang Muslim.

Karena itu, kalau dipahami lebih dalam, berdasarkan prinsip keadilan, kearifan dan kebijaksanaan, Ahli kitab sesungguhnya juga termasuk ahli kitab Al Quran yang tidak memenuhi kriteria dalam ayat tujuh Surat Al Bayyinah tersebut. Yaitu mereka mewarisi Al Quran, beriman pada Allah, selalu berbuat baik, tetapi juga masih gemar melakukan kejahatan. Atau beriman, tidak melakukan dosa, tetapi tidak mau berbuat baik termasuk tak mendirikan sholat dan tak menunaikan zakat. Soal pahala dan dosa orang Muslim seperti itu juga biar jadi urusan Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana sebagaimana ahli kita agama lain. Sehingga, kalau para ahli kitab dari agama lain dan kalangan Umat Muslim yang jelas-jelas ingkar (kafir), tidak pernah tobat dan memperbaiki kesalahannya selama nyawa masih dikandung badan, mereka pasti (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mrekalah seburuk-buruknya mahluk.

Untuk lebih jelasnya tentang orang kafir sesuai dengan ayat ke tujuh, mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tidak mau melakukan perbuatan baik, selalu berbuat buruk dan jahat. Sebenarnya masing-masing perbuatan itu ada hisab, konsekwensi, atau balasan pahala dan dosanya masing-masing. Orang yang tidak beriman pada Allah sudah jelas melakukan dosa syirik yang amat susah dibersihkan. Yang beriman, tentu dapat pahala yang besar dan bila pemahaman tauhid dan keihlasannya bagus, amal apapun bisa jadi lebih berat bobot pahalanya. Orang yang berbuat baik ada pahalanya, meninggalkan perbuatan baik tentu ada kerugiannya. Orang yang berbuat buruk ada dosanya, meninggalkan perbuatan dosa besar pahalanya. Kalau yang dimaksud yang seburuk-buruknya orang, seperti dikatakan sebelumnya adalah yang tidak beriman, tidak mau berbuat baik, dan suka berbuat buruk dan jahat. 

Sederhananya, jika orang masih melakukan satu pelanggaran, dia masih disebut setan, tetapi kalau sudah melakukan semua pelanggaran, mulai dari tak beriman, berbuat buruk, dan tak mau berbuat baik, sebutannya adalah iblis. Jadi, Iblis bukan semata mahluk pertama yang Diciptakan Allah dari api, yang berani membangkang. Semua orang dan jin yang sangat buruk dan ingkar adalah iblis sebagaimana semua orang dan jin yang sangat baik dan ihlas karena Allah semata adalah auliya atau waliNya. Tapi meski begitu, patut tetap disadari juga atas keberadaan nenek moyang setan pertama (iblis), yang Diberi Allah tangguh hingga akhir jaman, karena bisa jadi itu adalah yang dimaksud sebagai Dajjal dan Taghut yang dimaksud dalam Al Quran, yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Dari semua penjelasan itu, intinya sesungguhnya semua agama adalah sama, tetapi berbeda. Dengan pemahaman tauhid, berbagai amalan, dan cara ibadah secara ihlas yang benar, membuat orang Muslim jadi agak istimewa dan Diberi Allah kelebihan berupa kemudahan dan keringanan dalam menempuhi ujian hidup di dunia. Tapi yang membuat orang Muslim jadi istimewa bukan karena agamanya, tetapi karena amal ibadah yang dijalankannya sendiri  sesuai dengan agamanya itu. 

Makanya Dikatakan Allah, yang membedakan satu orang dengan orang lain di Mata Allah hanya kadar ketakwaannya. Selain daripada ketakwaan, tidak ada pembedaan apapun yang lain di Mata Allah, termasuk pembedaan agama. Walaupun orang beragama Latin, kalau kebaikannya melimpah, bisa menutup atau menebus dosanya, apalagi pahalanya lebih-lebih setelah dikurangi dosanya, maka surga adalah balasannya. Tapi secara logika, lebih melimpah manager pahala orang yang selalu berpahala dual dalam tiap beramal dengan yang dapat pahala satu saja? Lebih cepat mana bersihnya does dengan pahala dual dan pahala satu? Itulah pembedaan sejati seorang Muslim dengan orang yang menganut agama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun