Mohon tunggu...
Ivan Er
Ivan Er Mohon Tunggu... -

when you reach the rich think, you will understand the beauty of life, so learn continuously to the wealth of thought, so that you do not easily give an opinion.'

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Faisal Basri, Jangan Sesat Pikir Terus dong

27 Januari 2016   11:36 Diperbarui: 27 Januari 2016   12:00 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sesat pikir itu kalimat kurang baik pak, semua orang yang tersesat pikiranya dapat saya pastikan dia Gila. kita tidak bisa menggunakan argumentasi Sesat pikir tersebut untuk hal - hal d luar penistaan Agama dan penghianatan terhadap dasar - dasar negara serta ideologi, sekali lagi Sesat pikir hanya untuk ranah penyimpangan Agama, ( penistaan,) penghianatan kepada negara.

Sesat pikir dalam artikel saya, yang pernah di muat dalam kompasiana sudah menjabarkan secara jelas hal - hal yang dapat menggunakan kalimat " Sesat pikir. karena pemahaman Sesat pikir karya professor asing Dr Michael C Labosierre tersebut tidak bisa di gunakan dalam ranah dimana negara yang menjunjung tinggi agama dan berdasar Pancasila, dan di Indonesia karya tersebut di kagumi segelintir orang dan di gunakan dalam penulisan - penulisan, hingga ada buku yang berjudul Sesat pikir tersebut laris manis di penjualan, ( keblinger semua.)

Saya mengamati pak Faisal sering sekali menggunakan kalimat " sesat pikir. Apabila semua yang bapak tulis tentang sesat pikir tersebut benar menurut pemahaman bapak, kita semua berarti di pimpin oleh orang - orang gila. dan saya pasti salah satu orang yang tidak mau di pimpin oleh orang gila, bapak juga mengatakan dengan judul " Surat Terbuka Kepada Bapak Presiden : jangan lanjutkan sesat pikir, dan bapak menulis lagi " Sesat pikir pengelolaan Bandara,

saya salah satu orang yang mengagumi Pak Faisal, dan maaf, saya bukan pendukung Jokowi ataupun Prabowo, saya tidak memihak, karena pertimbangan keilmuan pemikiran saya menjadi tidak objektif apabila saya berpihak, dan itu menjadi kesepakatan para ilmuan muda bidang pemikiran untuk membantu sumbangsih terhadap pemikiran yang baik generasi Indonesia.

Kekeliruan dalam mengambil kebijakan, kekeliruan dalam menganalisa, kekeliruan dalam memberikan opini, kesalahan dalam mengambil keputusan, perbedaan pendapat bukanlah Sesat pikir, has a different opinion. ( sang pengadil,/ hakim pun selalu gagal menyatukan pemikiran,) dan itu sebagai pemahaman Nalar yang berbeda dari bentuk pemikiran serta uniform yang melekat kepada si pemikir. Uniform tersebut adalah semisal, ikut berpolitik, memihak salah satu politikus, berorganisasi politik, mengidolakan tokoh tertentu di bidang politik, ekonomi, sosial dan lainya, dan para petinggi serta Jokowi pun bisa saja berbeda pendapat, penyebabnya adalah uniform, jadi sekali lagi bukan sesat pikir.

Saya mengatakan Kompasiana sudah keblinger, keblinger itu keliru, karena tidak mengerti esensi sesat pikir, namun terlihat apabila ada artikel dengan judul membawa kalimat " sesat pikir langsung di headline, pembaca juga keblinger, pahamilah dahulu makna esensi tersebut, barulah kita Akan mengerti, saya sedikit mencontohkan hal yang bisa di sebut sesat pikir itu ISIS, Terorisme, pemahaman Agama secara radikal, dan organisasi pemberontakan,

saya jadi bertanya apakah Pepih Nugraha atau iskandar zulkarnaen itu pemuja Michael C Labosierre.? padahal sewaktu saya membaca artikel - artikel Pepih Nugraha berdebat dengan kompasianer Nararya Beliau bisa mematahkan argumentasi kompasianer tersebut.
Ini apa namanya bung,? Pembodohankah, ketidaktahuankah, atau faktor yang tersengajakah.

Saya menghormati anda - anda semua, jadi tolonglah kita sebagai manusia yang sudah menginjak usia di atas 30 tahun, dan manusia yang mengaku terdidik,berikanlah pemahaman yang baik untuk Generasi Indonesia.

Sikapi perbedaan dengan positif. dan maafkanlah jika kita harus berbeda.
Salam Hormat.

 

Ivan Er
27/01/2016
Salam Edukasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun