Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Elegi untuk Faisal Basri (1959-2024)

5 September 2024   15:28 Diperbarui: 5 September 2024   15:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elegi untuk Faisal Basri (1959-2024)

Di tanah air yang sedang berjuang menyembuhkan diri dari berbagai tantangan ekonomi, hari ini kita tersentak oleh kepergian Faisal Basri---seorang tokoh nasional, ekonom, dan politikus yang mendedikasikan hidupnya bagi bangsa. Ia meninggal dunia pada usia 65 tahun, Kamis (9/5), di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta, akibat serangan jantung. Indonesia berkabung atas kehilangan salah satu putra terbaik yang selalu bersuara lantang tentang keadilan dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Sebagai salah satu Sekretaris Jenderal pertama Partai Amanat Nasional (PAN), Faisal Basri turut berperan dalam membentuk fondasi politik reformasi pasca-Orde Baru. Namun, di balik karier politiknya, Faisal adalah seorang ekonom visioner yang kritis dan berani. Ia selalu berusaha mengungkapkan kebenaran, tanpa takut menentang arus kekuasaan. "Ekonomi seharusnya menjadi alat untuk menyejahterakan rakyat, bukan hanya untuk melayani kepentingan segelintir orang," adalah salah satu kutipan pemikirannya yang hingga kini terus menggema di telinga para penerusnya.

Faisal menulis secara konsisten tentang masalah-masalah ekonomi di Indonesia, mulai dari isu pajak hingga ketimpangan pendapatan. Ia tak pernah ragu mengkritik kebijakan yang ia anggap tidak adil. Baginya, keadilan ekonomi adalah pilar utama pembangunan. "Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa keadilan hanya akan menghasilkan kesenjangan yang semakin dalam," tegas Faisal dalam sebuah diskusi di Kompasiana.

(rmol.id)
(rmol.id)

Pada tahun 2012, Faisal Basri mencoba jalur politik praktis sebagai calon independen dalam Pilgub DKI Jakarta. Bersama pasangannya, Biem Benyamin, mereka menantang nama-nama besar seperti Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid. Meskipun tidak melaju ke putaran kedua, Faisal membuktikan bahwa calon independen memiliki ruang untuk bertarung dengan gagah di arena politik Indonesia. "Politik bukan soal menang atau kalah, tapi soal membawa perubahan yang nyata," ujarnya ketika merespon hasil pilgub tersebut.

Sepanjang hidupnya, Faisal Basri adalah sosok yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan Indonesia yang lebih adil. Ia yakin bahwa demokrasi ekonomi harus berjalan beriringan dengan demokrasi politik, dan bahwa pengorbanan untuk masa depan yang lebih baik selalu layak diperjuangkan.

Kini, langkah kakinya telah terhenti, namun gagasan dan semangatnya terus hidup dalam setiap langkah kita. Selamat jalan, Faisal Basri. Indonesia berhutang budi atas segala sumbangsihmu, dan suaramu akan tetap menjadi pemandu di tengah perjuangan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun