Mohon tunggu...
M. Ivan Fairuz Akbar
M. Ivan Fairuz Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya seorang mahasiswa yang suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

ACRE: Jurus Rahasia Pengembang Perangkat lnuak Super Cepat dan Tahan Lama!

4 Juni 2025   09:38 Diperbarui: 4 Juni 2025   09:38 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah arus deras digitalisasi dan tekanan bisnis untuk menghasilkan perangkat lunak secara cepat, murah, dan berkualitas, para pengembang dan perencana sistem sering dihadapkan pada paradoks: bagaimana merancang sistem yang kompleks dengan kebutuhan yang terus berubah, tanpa mengorbankan arsitektur yang kokoh dan terencana?

Artikel berjudul "Integration of Software Architecture in Requirements Elicitation for Rapid Software Development" karya Maryam Gillani dan rekan-rekannya menyodorkan jawaban kritis atas dilema ini. Lewat kajian sistematis terhadap lebih dari 60 alat, teknik, dan pendekatan, artikel ini menyuarakan pentingnya pendekatan terintegrasi antara software architecture dan requirements elicitation---dua dunia yang selama ini berjalan berdampingan, namun kerap tidak selaras.

Kontribusi artikel ini tidak hanya relevan, tetapi juga mendesak untuk ditindaklanjuti. Ini bukan sekadar persoalan akademik, melainkan juga persoalan praksis yang menentukan apakah proyek perangkat lunak kita akan sukses atau terjerumus dalam jurang kegagalan.

Selama bertahun-tahun, praktik pengembangan perangkat lunak sering memisahkan proses requirements engineering (RE) dan software architecture. Kebutuhan dikumpulkan lebih dulu, lalu tim arsitektur "menerjemahkannya" ke dalam bentuk struktur sistem. Dalam teori, ini tampak sistematis. Dalam praktik? Tidak jarang berakhir dengan miskomunikasi, iterasi ulang, dan sistem yang tidak sesuai ekspektasi pengguna. Gillani dkk. menyentil persoalan ini dengan menawarkan konsep ACRE (Architecture-Centric Requirements Elicitation), yakni pendekatan yang melihat kebutuhan dan arsitektur sebagai dua sisi mata uang yang sama---yang harus dikembangkan secara paralel dan sinergis. ACRE bukan hanya jargon baru, melainkan pendekatan konseptual yang diperkuat dengan bukti empiris, analisis kritis, dan daftar panjang alat yang mendukungnya.

Keunggulan utama artikel ini terletak pada pemetaan menyeluruh terhadap alat dan teknik yang bisa digunakan untuk menjembatani arsitektur dan kebutuhan. Sebut saja TOGAF, ADM, ATAM, atau pendekatan multi-model architecture---semua disajikan dengan konteks, kelebihan, keterbatasan, hingga domain aplikasi. Hal ini penting. Selama ini, banyak publikasi ilmiah terjebak dalam idealisme teori, tanpa cukup membumi pada kenyataan di lapangan. Artikel ini berbeda. Ia memberikan "peta jalan" yang bisa diikuti oleh praktisi industri, akademisi, maupun peneliti untuk menjelajahi, memilih, dan mengimplementasikan solusi sesuai kebutuhan dan kapasitas organisasi.

Kita hidup dalam era di mana kecepatan adalah segalanya. Produk digital harus segera hadir ke pasar, beradaptasi cepat terhadap perubahan regulasi, preferensi pengguna, hingga teknologi baru. Dalam konteks ini, pendekatan waterfall yang kaku sudah kehilangan relevansinya. Agile, DevOps, dan pendekatan iteratif lainnya menjadi solusi. Tapi jika tidak disertai integrasi yang kuat antara kebutuhan dan struktur sistem, kita hanya akan membangun perangkat lunak yang cepat---namun rapuh. Inilah mengapa pendekatan ACRE menjadi sangat penting: ia tidak hanya mempercepat, tetapi juga menjaga kualitas dan stabilitas sistem dalam jangka panjang. Meski demikian, terdapat satu titik lemah dalam artikel ini yang patut dicatat: kurangnya evaluasi kuantitatif atas efektivitas alat yang disebutkan. Misalnya, mana dari sekian alat yang paling cocok untuk startup? Untuk enterprise skala besar? Bagaimana metrik keberhasilannya?

Selain itu, sebagian besar studi kasus masih bersifat konseptual atau berada dalam lingkungan akademik. Implementasi di dunia nyata, lengkap dengan tantangan dan dinamika organisasional, masih sangat terbuka untuk dieksplorasi. Namun, ini bukan kelemahan mendasar, melainkan ruang terbuka untuk penelitian lanjutan. Justru inilah panggilan bagi kita---peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan TI---untuk menjawab tantangan tersebut.

Masa depan pengembangan perangkat lunak bukan hanya tentang kecepatan atau efisiensi biaya. Ia juga tentang keberlanjutan (), ketelusuran (traceability), dan kualitas rekayasa yang kuat. Semua itu hanya bisa dicapai jika kita tidak lagi melihat rekayasa kebutuhan dan arsitektur sebagai proses terpisah. ACRE bukan sekadar pendekatan, tetapi mentalitas baru dalam berpikir tentang sistem. Mentalitas yang mendorong kolaborasi lintas fungsi, berbasis data, dan menyatukan strategi jangka pendek dengan visi jangka panjang.

Referensi

Gillani, M., Niaz, H. A., & Ullah, A. (2022). Integration of software architecture in requirements elicitation for rapid software development. IEEE Access, 10, 56158--56175. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2022.3177659

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun