Mohon tunggu...
ivan ferdizar
ivan ferdizar Mohon Tunggu... mahasiswa

content writer

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lonjakan Obesitas di US, Semoga Indonesia Tidak Menyusul

16 Oktober 2025   12:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   10:44 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Obesitas telah lama menjadi masalah kesehatan utama di banyak negara, dan di Amerika Serikat, situasinya kini semakin mengkhawatirkan. Sebuah studi baru yang dipublikasikan pada Oktober 2025 dalam JAMA Network Open mengungkapkan lonjakan yang sangat signifikan dalam prevalensi obesitas. Penelitian ini tidak hanya menyoroti peningkatan angka obesitas, tetapi juga memperkenalkan definisi baru yang lebih komprehensif, yang mengubah pemahaman kita tentang prevalensi obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Definisi Baru Obesitas: Mengukur Lebih Dari Sekadar BMI

Selama ini, Indeks Massa Tubuh (BMI) digunakan sebagai indikator utama untuk mengukur obesitas, dengan nilai di atas 30 dianggap sebagai obesitas. Namun, BMI hanya mengukur berat badan relatif terhadap tinggi badan, yang tidak sepenuhnya mencerminkan distribusi lemak tubuh dan risiko kesehatan terkait.

Studi terbaru ini mengadopsi definisi yang lebih luas dari obesitas yang mencakup dua komponen utama: BMI dan pengukuran distribusi lemak tubuh, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan. Definisi ini dikenal sebagai "obesitas BMI-plus-anthropometric" dan "obesitas hanya antropometrik", yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana lemak tubuh terdistribusi di tubuh seseorang, yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka.

Temuan Utama: Lonjakan Prevalensi Obesitas yang Mengkhawatirkan

Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Amerika Serikat jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya. Berdasarkan definisi baru ini, prevalensi obesitas di negara tersebut mencapai 68,6%, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka 42,9% jika menggunakan definisi tradisional yang hanya mengandalkan BMI.

Perbedaan besar ini terutama disebabkan oleh dimasukkannya individu yang sebelumnya tidak dianggap obesitas menurut definisi BMI tradisional, tetapi yang ternyata memiliki distribusi lemak tubuh yang berbahaya. Ini mengindikasikan bahwa masalah obesitas lebih luas dan lebih kompleks daripada yang terlihat pada pandangan pertama, dan banyak individu dengan risiko kesehatan tinggi mungkin tidak teridentifikasi jika hanya mengandalkan BMI.

Faktor Penyebab Lonjakan Obesitas

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan obesitas yang mencengangkan ini:

  1. Gaya Hidup Tidak Sehat: Pola makan yang buruk, tingginya konsumsi makanan olahan, gula, dan lemak jenuh, serta kurangnya aktivitas fisik yang cukup adalah faktor utama yang memicu obesitas. Terutama di era digital, banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan layar tanpa cukup bergerak.

  2. Faktor Sosial dan Ekonomi: Akses terbatas ke makanan sehat dan fasilitas olahraga di beberapa komunitas, terutama di daerah berpendapatan rendah, memperburuk masalah obesitas. Ditambah dengan tekanan ekonomi yang membuat banyak orang memilih makanan murah yang tidak sehat.

  3. Lingkungan dan Kebijakan: Lingkungan yang mendukung gaya hidup sedentari, seperti kurangnya ruang terbuka untuk olahraga atau kebijakan yang kurang mendukung pola makan sehat, juga berperan dalam meningkatnya angka obesitas.

  4. Faktor Genetik: Meskipun gaya hidup dan faktor sosial-ekonomi memainkan peran besar, penelitian juga menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kecenderungan seseorang untuk menjadi obes.

Dampak Kesehatan dari Obesitas

Obesitas bukan hanya masalah penampilan fisik, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan. Individu yang memiliki obesitas lebih berisiko mengembangkan berbagai kondisi medis serius, termasuk:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun