Gereja Blenduk Salah Satu Sejarah Di Kota Lama SemarangÂ
SEMARANG – Di tengah kawasan Kota Lama Semarang yang ramai, berdiri megah sebuah bangunan yang menjadi ikon abadi, yaitu Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel, yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Gereja Blenduk. Gereja ini bukan sekadar tempat ibadah tertua di Jawa Tengah, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah arsitektur kolonial.
Gereja ini sangat populer karena bentuk atapnya yang unik, yaitu kubah besar setengah bola yang dilapisi perunggu (copper). Dalam bahasa Jawa, "mBlenduk" berarti membulat atau menggembung, dan dari sinilah nama populernya berasal.
Secara arsitektur, Gereja Blenduk mengadopsi gaya Pseudo Barok dan Neo-Klasik Eropa. Bangunannya berdenah segi delapan (oktagonal) dan diapit oleh dua menara kembar yang menjulang tinggi di bagian depan. Di bagian interior, pengunjung akan disuguhkan dengan:
Orgel Barok: Sebuah orgel kuno yang berusia lebih dari 200 tahun dan masih terawat.
Tempat Duduk Jemaat: Kursi tunggal kayu jati dengan sandaran rotan yang tertata rapi, berbeda dari kursi gereja pada umumnya.
Kaca Patri: Jendela-jendela lengkung bergaya Romawi kuno dengan kaca patri yang menambah kesan sakral dan estetik.
Gereja Blenduk didirikan pertama kali pada tahun 1753 oleh masyarakat Belanda di Semarang. Sejak didirikan, gereja ini telah mengalami beberapa kali perubahan dan renovasi besar:
Awal (1753): Bangunan awal berbentuk rumah panggung dengan gaya Jawa.
Renovasi I (1787–1794): Diubah total mengikuti pola gereja Protestan Eropa.