Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Wartawan Tak Sekadar Menulis Berita

28 Januari 2021   20:36 Diperbarui: 31 Januari 2021   19:10 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang wartawan, kata Ignatius Haryanto (2005) harus menulis buku. Pencapaian wartawan bukanlah meninggi dengan menjadi pemimpin redaksi, melainkan bersifat "meluas-mendalam" dengan pencapaian untuk suatu bidang tertentu yang dikuasai oleh si wartawan tersebut. Kiranya maksud Ignatius, adalah menulis buku satu topik-bahasan. Bukan bunga rampai hasil pelbagai kisah di balik peliputan sang wartawan --yang kerap berganti-ganti desk.

Menjadi Wartawan dan Seikat Kisah yang Menyertainya merupakan bunga rampai; semacam catatan ringan yang kalau dipaksa-paksakan, malahan bisa dianggap sebagai satu topik: perihal kewartawanan itu sendiri. 

Amat berguna bagi para calon kuli tinta --julukan yang sudah usang-- untuk lebih memahami sisi lain dunia jurnalistik selain buku-buku teori jurnalisme dan ilmu komunikasi. 

Sisi melik ritme kerja seorang wartawan diungkapkan terbuka. Ada bagian subtil yang membawa sendu. Sejumlah peliputan yang menegangkan. Dan, selebihnya adalah keasyikan dan kegembiraan.

Buku ini ditulis Erik Purnama Putra. Meski lulusan psikologi, keaktifannya di lembaga pers kampus mendorongnya untuk lebih menekuni secara profesional dunia kewartawanan. Ia  lantas diterima kerja di media Republika biro Jawa Timur. Tak berselang lama, Erik, sapaan akrabnya, dipindahtugaskan ke Jakarta. Di ibu kota, jiwa kewartawanan Erik sungguh-sungguh ditempa; dan ia benar-benar menikmati.

Ada tiga puluh sembilan kisah yang dituturkan secara bernas dan pendek-pendek. Sejumlah kisah mengundang "cemburu" pembaca lantaran betapa nikmatnya menjadi wartawan. Erik berkesempatan liputan ke banyak daerah; seakan menjelajah Indonesia. 

Sempat ngepos di Mabes TNI, beroleh keluasan menaiki nyaris semua jenis pesawat militer. Tak cuma jelajah domestik alias meliput sudut-sudut negeri sendiri, Erik pernah mengepakkan pengalaman jurnalistiknya dengan menjejak tanah manca.    

Sekali lagi, Erik mengisahkan catatan sepuluh tahunnya (2009-2019) menjadi jurnalis dengan langgam keceriaan meski potongan-potongan kisah semi pilu tetap mewarnai. Tidak sampai terjebak pada glorifikasi diri, Erik mengemas cerita-cerita jurnalistiknya tanpa tendensi selebrasi ego. 

Berbagi pengalaman bahwa tidak semua berita yang dibuatnya lantas bisa naik/tayang; dan beberapa kali dilaporkan ke Dewan Pers. Erik juga mengurai kepelikan menulis berita semi iklan (advertorial) yang di dalamnya sarat kepentingan. Lebih dari itu, satu hal yang digarisbawahi olehnya, ketika ada pihak merasa dirugikan oleh suatu media, maka jalan yang tepat adalah membawa kasus ke Dewan Pers.

Wartawan lomba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun