Mohon tunggu...
Nur Azmiel
Nur Azmiel Mohon Tunggu... Bidan - student

nothing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Deskripsi Diri Sendiri

4 April 2022   14:24 Diperbarui: 4 April 2022   15:01 3709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada saai itu saya sangat suka dengan pelajaran bahasa, karena menurut saya bahasa itu unik, asik, dan menyenangkan. Namun saya sangat tidak suka dengan angka, karena menurut saya angka itu rumit dan sulit.

6 tahun telah berlalu, saya pun telah menyelesaikan jenjang SD dengan baik dan lancar. Kini saatnya saya beranjak ke jenjang selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP).  

Tak seperti pada waktu TK dan SD, pada jenjang ini saya mulai kehilangan semangat belajar, ingin sekali rasanya saya memutus untuk tidak sekolah, tetapi saya selalu teringat kata-kata “jika kau tak mampu menahan susahnya belajar,  maka kau harus sanggup menerima perihnya kebodohan”  dan “ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya” dari situ saya tersadar jika suatu saat nanti saya akan menjadi ibu dan saya yang akan menjadi madrasah atau sumber ilmu pertama bagi anak-anak saya, jika saya sendiri tidak bisa, lalu bagaimana cara saya mengajarkan anak saya untuk bisa. Jadi saya tetap belajar walaupun tak jarang saya belajar sambil menangis.

 Pada jenjang SMP ini, saya tak lagi dikenal sebagai anak yang ceria, aktif dan pandai. Tetapi sebaliknya saya terkenal sebagai anak yang pendiam, introvert, jarang bergaul dan jarang bersosialisasi. Entahlah saya tidak terlalu peduli dengan tanggapan orang terhadap saya, tetapi yang pasti dengan sikap yang seperti itu, saya menjadi lebih tenang dan enjoy untuk menjalani hari demi hari.sha

Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa saya sudah selesai menempuh jenjang SMP dan akan melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun di jenjang ini saya memilih sesuatu yang berbeda yaitu saya memilih untuk belajar di pondok pesantren. Saya memilih Pondok Pesantren Manba’ul Hikam yang terletak di desa Putat, Tanggulangin, Sidoarjo. 

Karena menurut saya pondoknya sudah bagus, memiliki sekolah yang sudah terakreditasi A dan letaknya juga tak seberapa jauh dari rumah saya sehingga memudahkan keluarga untuk menjenguk saya. Pada saat pertama kali hidup di pesantren cukup menyenangkan karena saya banyak bertemu teman-teman dari berbagai macam daerah dan tentunya berbagai macam bahasa dan dialek. 

Namun di hari-hari berikutnya saya mulai merasa tidak betah berasa disitu karena di pondok pesantren sangat jauh berbeda dengan dirumah. Yang awalnya mandi dengan air yang selalu ada dan tanpa mengantri, kini mandi harus mengantri dan terkadang jika sediaan air habis harus mengambil di sumur terlebih dahulu untuk mandi, makan yang awalnya mengambil sendiri dengan lauk pauk semaunya, kini harus mengantri untuk mengambil makanan dan memakan menu yang sudah disediakan disana, waktu istirahat yang cukup banyak menjadi kebih sedikit dikarenakan padatnya kegiatan dipondok pesantren.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hingga kini saya sudah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren, tahun berikutnya saya mengabdi di pondok tersebut dengan menjadi pengurus asrama. Tahun berikutnya saya berpamitan untuk pulang dan melanjutkan pendidikan berikutnya yaitu bangku perguruan tinggi. Atas kehendak dan ridho-Nya, saya diterima di program studi yang saya inginkan yaitu Kebidanan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Cukup demikian cerita tentang diri saya yang sebenarnya banyak saya singkat, karena saya menganggap tak semua hal tentang diri saya bisa dibagikan dengan khalayak luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun