Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membaca Buku Kumpulan Budak Setan

11 Maret 2023   17:29 Diperbarui: 11 Maret 2023   17:34 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Ciri lain, problem tokoh dalam cerita diselesaikan oleh tokoh itu sendiri. Masyarakat, badan hukum, lembaga agama dan negara tak berfungsi. Jadi karya-karya AH membuka ruang-ruang subversif dan ambiguitas. Seksualitas yang menyimpang atau hiperseksualitas misalnya, terjadi karena dekadensi moral kota. Atau homoseksualitas merupakan indikasi adanya penyalahgunaan kuasa pada masyarakat. 

Sementara itu tokoh-tokoh yang kerap diusung AH bertipikal tidak bermoral --istri tak setia, janda kesepian, perempuan jalang, lelaki dengan hasrat seksual yang rapuh terhadap godaan di luar kerangka pernikahan, dan yang sejenis.  

Temuan mereka yang penting yang ingin saya catat di sini antara lain, 1) Struktur karya AH yang kebanyakan pornografis menjanjikan amanat moral namun tidak menjangkau pembaca karena tenggelam dalam pelukisan adegan mencekam, erotik yang panas; 2) Mendorong merumuskan sejumlah pertanyaan: bagaimana memaknai hubungan antara horor, seksualitas dan moralitas di Indonesia? Bagaimana dimensi budaya tertentu menentukan apa yang disebut horor; 3) Horor sebagai moda yang dipertukarkan di berbagai ranah. dari panggung politik hingga kehidupan sehari-hari (misal horor dalam retorika politik film sejarah Pengkhianatan G30S/PKI)

Keseluruhan cerpen dalam buku ini memiliki kekuatan sendiri. Lita berpendapat, bilang ingin membandingkan dengan tipikal karya-karya AH, maka cerpen-cerpen Ugoran Prasad yang paling mendekati. Semua alemen dalam cerita AH, terangkum dalam cerpen Ugoran. 

Dan di antara empat cerpen Ugoran, menurut saya dan Lita, cerpen Topeng Darah yang paling "basah". Pikiran pembaca akan dihajar secara bertubi-tubi tanpa ampun dengan perilaku dan tindakan tokoh yang diluar nalar seorang manusia. Pembaca seperti dapat melihat darah yang muncrat dan mengenai muka, rasa mual di perut ketika manusia mengingkari kemanusiaannya. 

Cerpen-cerpen Intan Paramaditha memiliki kekhasan, yaitu menghadirkan relasi laki-laki dan perempuan, yang berkuasa dan yang dikuasai, dan pada akhir cerita, "mengglorifikasi" perempuan. 

Goyang Penasaran, cerpen sejuta rasa dengan paradox pada tiap tokohnya. Salimah kecil belajar mengaji, menjadi penyanyi dangdut pada akhir masa remaja, yang secara habis-habisan mengumbar kemolekan tubuhnya tanpa sungkan demi menghancurkan pertahanan nafsu lawan jenis, ke titik nol alias ambrol. 

Haji Ahmad, yang semestinya seorang model yang memberi pencerahan rohani bagi umat malah terpicu dendamnya dengan bersikap munafik, memprovokasi lebih menghukum orang (Salimah) yang dianggap penghancur moral umat, daripada upaya memperbaiki perilaku si berdosa. Lalu Solihin, sang kepala desa, dengan kekuasaan yang dimilikinya mengumbar nafsu demi melampiaskan egonya. 

Dalam membandingkan karya-karya AH, cerpen-cerpen Eka Kurniawan barangkali yang paling "halus". Namun kelihaiannya bermain kata dalam membangun situasi seram sanggup menggiring pembaca hingga pada akhir, seperti ragu-ragu dalam menghancurkan pikiran pembaca. Jimat Sero, adalah cerita paling ganjil yang mustahil, bila ingin dibandingkan dengan karya AH. 

Kesemua cerpen menampilkan akhir cerita yang fatalistik. Tidak ada pertobatan. No mercy at all. Tidak ada belas kasihan bagi setan alias iblis jahanam. Tidak memberi kesempatan pembaca untuk menarik napas lega. Seluruhnya buram dan gelap. Kalimat cerpen telah berakhir namun kesuraman lain baru dimulai di pikiran pembaca. 

Ini menjadi pesan moral atau peringatan kepada pembaca, beginilah akhir hidup seorang yang tidak mampu memimpin diri menjadi manusia. Bahwa fakta mengatakan, bila ingin lepas dari jerat setan maka taruhannya adalah nyawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun