Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membaca Buku Cita-Cita Titik Dua Petani!

6 Maret 2023   08:40 Diperbarui: 6 Maret 2023   09:38 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Saya mengerti maksud pertanyaan itu. Pertanyaan itu lebih merujuk pada mempertanyakan latar belakang Kanti, yang lahir dari keluarga berkecukupan sehingga memikirkan masalah petani adalah hal yang absurd.

Saya ingin menjawab pertanyaan itu begini. Kanti lahir tahun 1985 di Jakarta. Ia putri dari seorang ayah politisi dan praktisi hukum, dan seorang ibu yang berprofesi sebagai banker. Hidup serba berkecukupan dan barangkali tidak pernah sempat untuk naik bus kota sekali pun dalam hidupnya. Jadi, bagaimana ia dapat terhubung dengan petani yang berjarak cukup jauh dengannya?

Pada bagian depan buku, penulis mencatat buku ini untuk mengenang ayah tercinta, Roy BB Janis, yang berkata, "Nasib petani harus diutamakan karena petani yang memberi kita makan, memberi makan bangsa." Pada bagian lain penulis mengaku buku ini perlu riset selama dua belas tahun. Tentu saja. Kanti sendiri berprofesi sebagai advokat dan menulis dan meriset untuk keperluan buku ini pada waktu-waktu luangnya. 

Selain itu, saya membaca tulisan pendek Kanti yang termasuk dalam buku Kemanusiaan pada Masa Corona (2021) sebuah antologi seratus tulisan oleh seratus penulis. Tulisan itu memberi saya pemandangan tentang siapa Kanti, orangtua, cara dia menghabiskan waktu di luar jam sekolah, keputusan-keputusan mandiri ketika kuliah di Eropa. 

Di sana Kanti menulis pengalaman pribadi bagaimana dia berada di dunia yang serba ada namun memilih hidup yang praktis dan atas dasar kegunaan daripada gaya hidup. Ketika di Eropa misalnya, orangtuanya memilihkan rumah tinggal, namun ia lebih memilih apartemen kecil yang lebih masuk akal baginya untuk merawatnya. Ia menahan diri untuk tidak berbelanja pakaian baru dengan alasan pakaian lama masih mencukupi dan ia tidak memerlukannya. Ini untuk mengkonter kalangan orang yang mampu, berbelanja barang untuk memuaskan keinginan mata daripada kebutuhan diri.

Cerita lain bagaimana Kanti yang peduli dengan bumi yang sedang rusak. Ia berkisah bagaimana dia sangat menyempatkan diri untuk menampung air hujan di rumah, kemudian dilakukan penyulingan sampai air tersebut dapat diminum. Bila tidak mengetahui latar-latar belakang ini maka muncul pertanyaan seperti yang ditanyakan tadi.

*

Buku Cita-Cita Titik Dua Petani berkisah tentang persahabatan tiga anak SMP --Randy, Menik, dan Pratama. Buku ditulis dengan sudut penceritaan Randy sebagai aku.  

Diawali dengan cerita Randy yang kerap dibuli oleh kawan-kawan sekolahnya karena membawa air minum dan bekal dari rumah. Para pembuli adalah anak-anak yang sok jago, yang dipimpin oleh anak yang orangtuanya berkemampuan. Orangtua Randy bercerai. Ibunya menikah kedua kali dengan seorang dokter (baa= punya uang). Ibunya bercerai dari ayahnya yang adalah seorang pelukis yang kadang punya uang kadang tidak. Randy bercita-cita menjadi komikus, yang tidak didukung ibunya karena berpikir cita-cita itu tidak menjanjikan masa depan sejahtera. Sang ibu memaksa Randy mengikuti les matematika dan sains, dengan harapan dapat masuk universitas ternama. Buku komik yang digambar Randy, disingkirkan. Randy tidak dimengerti oleh ibunya. 

Lalu Menik. Ia bercita-cita menjadi artis. Dia seorang anak angkat alias dari keluarga yang tidak ideal. Cita-cita yang ditertawakan oleh kawan-kawan sekolah karena menganggap tidak mungkin anak desa menjadi artis. Yang cocok menjadi artis adalah mereka dengan penampilan keren, putih, cantik. Sementara Menik berkulit gelap dan sederhana. Mana bisa jadi artis? Kira-kira begitulah pandangan anak-anak di sekolah Nusantara itu.    

Kemudian muncul Pratama alias Tama. Ia anak baru di kelas mereka. Dialah tokoh cerita. Kehadirannya di sekolah itu mengubah banyak kebiasaan sekolah yang tidak sehat. Di sinilah Kanti memainkan ceritanya. Tama bercita-cita menjadi petani dengan tanda seru. Penokohan Tama digambarkan dengan sangat kuat dan heroik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun