“Yuk, sudahlah mengapa harus ditangisi? Bukankah ayah anak ini adalah orang yang ayuk benci? dan ini.., ini anak haram yuk!”
“Tidak! Kau tidak boleh melakukan ini. Anak ini tidak berdosa Nyongang. Dia adalah darah dagingku. Aku benci dengan kau! Kau juga jahat!! Jahat!!” Dayang Torek menangis
sambil berlari ke Bukit Sulap.
“Ayuk….! Jangan pergi. Ayuuuuk!!” Nyongang berteriak-teriak mengejar Dayang Torek. Tiba-tiba Dayang Torek lenyap tak tahu kemana.”Yuk…kemana kau yuk…, kemana kau…mengapa kau menghilang!” Nyongang menangis sejadi-jadinya.
Akhirnya tinggalah Nyongang menangis sedih meratapi kepergian Dayang Torek yang hilang di Bukit Sulap. Sejak itu, untuk mengenang peristiwa tragis di Bukit Sulap masyarakat menyebutnya silampari. Artinya Putri atau peri yang hilang (silam). Sampai sekarang Lubuklinggau dan Musi Rawas sering disebut Bumi Silampari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI