Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Cinta yang Mendahului Surat Izin

10 Maret 2014   17:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karena Aku takut Neraka dan mengharap Syurga, maka kutulislah surat izin ini padaMu, Aku tahu bahwa Engkau Maha Pengasih, Maha Pemaaf, Maha Penerima Taubat dan Maha Memaklumi kondisi hambaMu. Maka berharap dan bersandar pada semua sifat ke“Maha”an Mu, aku berharap agar Engkau mau memaklumi apa yang kulakukan kini, paling tidak dengan surat izin yang kutuliskan ini, akan ada sedikit celah bagiku untuk memohon maaf padaMu.

Aku mohon idzin padamu hari ini, untuk meninggalkan sebagian tugas sholat wajib lima waktu yang telah Engkau wajibkan padaku. Tidak semua memang ku tinggalkan, hanya beberapa waktu saja. Yakni sholat Ashar, Isya dan Subuh.

Sholat ashar kutinggalkan karena aku begitu sibuk menjemput nafkah yang telah Engkau janjikan padaku, begituberjibunnnya kesibukanku menjemput nafkah ini, biasanya pada saat-saat Ashar itu, aku sedang meeting dengan klienku, biasanya kami melakukan meeting pada saat jam dua siang setelah selesai istirahat siang, segala persoalan yang kami hadapi, kami bahas semuanya, apa penyebab masalah yang timbul, lalu apa dampak yang terjadi pada usaha kami, akhirnya kami carikan jalan keluarnya. Pembahasan tentang identifikasi masalah, dampak yang terjadi dan solusi dari masalah ini, begitu menyita waktu kami, hingga tak terasa, biasanya pembahasan itu baru selesai ketika jam setengah enam sore. Ashar telah lewat, kami telah letih. Maka aku sangat berharap padaMu untuk memberikan aku idzin untuk tidak melaksanakan kewajibanku dalam melaksanakan Ashar.

Menjelang Maghrib kami biasanya telah istirahat. Saat itu aku bisa melaksanakan Maghrib.Lalu selesai istirahat pasca Maghrib, aku begitu sibuk membuat laporan untuk besok, lalu merencanakan rencana-rencana untuk besok, minggu depan, bulan depan dan masa depan. Kerja ini begitu menyita waktu dan pemikiran. Jauh dinihari baru selesai, akibatnya sudah gampang ditebak, Sholat Isya tertinggal, Subuh lewat diantara dengkurku.

Apalagi jika tentang sholat berjamaah, sangat jauh panggang dari Api. Tuhan, begitulah kondisiku, itulah yang memaksaku untuk mengirimkan surat ini padaMu.

Dalam surat inipun aku memohon idzin padaMu untuk tidak membayarkan zakat. Begitu banyak kebutuhan yang mesti kupenuhi, dari mulai membeli mobil mewah, rumah mewah, menyekolahkan anak ke luar negri, menyiapkan warisan yang cukup bagi anak cucuku, agar mereka tidak mengalami kesulitan seperti yang kualami kini. Jika kini saja, mencari materi yang haram saja sulit, lalu bagaimana pula aku akan mencari yang halal, jika pada masa hidupku saja, kehidupan ini begitu sulit, bagaimana pula kelak, pada masa anakku, pada masa cucuku, maka kuputuskan untuk membekali mereka harta yang akan cukup untuk tujuh generasi. Itu sebabnya aku cukup pelit Tuhan, aku rajin mengumpulkan harta benda, menabungnya, menjadikannya modal produktif., Dengan pemikiran yang demikian keras, lalu mengapa aku harus bagi-bagikan begitu saja pada mereka yang kekurangan. Begitu banyak mereka yang kekurangan dilingkunganku, lalu kalau aku berikan semuapun, hingga hartaku tuntas tandas tak bersisa sedikitpun tetap saja mereka miskin, karena begitu banyaknya jumlah mereka.

Tuhanku, pada surat inipun aku ingin, memohon idzin padaMu untuk tidak melakukan Puasa Ramadhan, terlalu padat jadwal yang harus kukerjakan, aku harus menjamu klienku pada siang hari, mereka umumnya bukanlah muslim, lalu bagaimana jika aku Puasa? Bukankah aku telah mengecewakan mereka. Aku berniat kelak, Puasa-Puasa yang bolong itu, akan kuganti pada masa-masa yang akan datang diluar Ramadhan. Tuhanku maklumilah aku, begitu banyaknya urusan dunia ini yang harus kuselesaikan, sehingga akupun alpa melakukan Tarawih di Mesjidmu. Apalagi untuk mengikuti Tadarus. Aku tidak menganggap mereka remeh, karena besok mereka akan tidur siang, tapi aku benar-benar memohon agar Engkau maklum, bahwa besok acaraku padat, tak ada waktu istirahat siang. Oleh karenanya, maklumi aku yang tak bisa ikut bertadarus.

Tuhanku, aku juga mohon idzin tuk tak melaksanakan ibadah Haji. Betapa waktu berhaji itu akan menguras hari-hari produktifku. Bayangkan, berapa minggu yang harus kutinggalkan, padahal satu hari saja aku alfa, bagaimana dengan perputaran keuangan yang berjumlah besar itu. Bagaimana dengan realisasi schedule yang sudah kubuat, bagaimana dengan prediksi pertumbuhan kedepan yang sudah kurancang dengan sangat matematis? Oleh karena, sekali lagi aku mohon idzin untuk tidak melaksanakan ibadah haji itu Tuhan.

**************

Tuhanku, ternyata Engkau sangat baik, sebelum surat idzin itu aku kirim, Engkau telah lebih dahulu melayangkan surat cinta padaku. Engkau hilangkan rasa bahagia dan puas dari hatiku. Aku hidup dalam kegersangan dan selalu aus. Makin aku habiskan waktuku dalam mengejar rezeki dariMu, makin jauh kebahagiaan itu lari dariku, makin gersang dan hampa bathin ini terasa. Makin aku tumpuk dan penuhi pundi-pundi kekayaanku, makin terasa kurang yang kurasa, rasanya ingin ditambah dan ditambah lagi. Laksana orang yang meminum air laut, makin diminum makin terasa haus. Akan berhenti minum ketika perut telah pecah karena kebanyakan air.

Demikian yang terjadi pada diriku, beban dahaga bathin ini tak tertahankan lagi, keliaran nafsu ini sudah tak terkendalikan lagi, hingga akhirnya akupun roboh dalam penyakit.

Satu-satu subsidi dariMu yang selama ini tak kusadari, Engkau cabut. Aku harus membayar oksigen yang kuhirup, yang selama ini Engkau berikan gratis. Harga oksigen perliter dua puluh lima ribu, sedangkan kebutuhanku perhari dua ribu delapan ratus delapan puluh liter, demikian juga dengan kebutuhan Nitrogen, harga perliternya sepuluh ribu, sedangkan aku membutuhkannya sehari sebelas ribu tiga ratus tujuh puluh enam liter, total jendral aku menghabiskan biaya untuk bernapas saja,Seratus Delapan Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah. Hartaku akan segera habis hanya untuk membayar oksigen dan Nitrogen. Belum lagi untuk membayar hal-hal lain jika Engkau minta bayar. Berapa harga Mata, Harga Hidung, harga Jantung, harga Otak? Rasanya dalam seminggu kurang, semua hartaku akan ludes ditambah hutang karena kekurangan dari rekening yang Engkau sodorkan.

**********

Tuhanku, maafkan aku yang telah alfa selama ini, berilah aku kesempatan untuk mendistribusikan rezeki yang kupunyai sebagai manifestasi syukur dari subsidi yang telah Engkau berikan padaku selama ini. Tak ada padanan nominal dari jumlah subsidi yang Engkau berikan dengan jumlah yang aku ditribusikan.

Berikan aku kesempatan untuk kembali bersimpuh kepadaMu dan memuji-mujiMu, tak ada padanan kata yang dapat diperbandingkan, ketika aku memuji kecantikan orang yang kucintai dengan memujiMu yang merupakan sumber dari segala keindahan dan kecantikan.

Biarkan aku meratap-ratap memohon cinta dariMu, karena tak ada padanan nikmat yang dapat dilukiskan bahasa ketika nikmat “sentuhan”Mu menyentuhku, dibandingkan dengan nikmat sentuhan dunia, hattta ketika orang yang paling kucintai menyentuhku.

Idzinkan aku meyakini hingga ke tulang sumsum ini, bahwa apa yang Engkau janjikan akan terlaksana semua, apa yang Engkau berikan akan mencukupi semua kebutuhanku, apa yang Engkau katakan adalah sebuah kebenaran mutlak yang tak perlu diragukan lagi, seyakin aku ketika Engkau berkata “…Dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barang siapa yang Ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS An Naml.40)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun