Jika saja, ada yang usil, mengempeskan ban motor saya, apa saya tidak sengsara. Kemana saya akan cari tukang tambal ban ditengah daerah setengah hutan tersebut. Maka, sebagai rasa syukur dan terima kasih. Sejak itu, saya tetap singgah di kedai kopi tersebut.
Ketika kita nganggur, mestinya kita juga berterima kasih pada Allah. Dengan menganggur, kita dapat berkumpul dengan keluarga, dapat lebih khusu' beribadah. Dengan nganggur kita tahu betapa nikmatnya tidak memiliki uang.
Ketika kita kerja, kita lebih patut lagi berterima kasih. Karena kita memiliki sumber penghasilan. Ketika rezeki yang kita peroleh berlebihan, rasa terima kasih, hendaknya lebih ditingkatkan lagi. Karena, sesungguhnya, ujian terberat, justru ketika kita memiliki rezeki berlebih, ketika kita memiliki banyak uang.
Dengan uang yang banyak, semuanya dapat kita beli. Baik barang matang maupun mentah. Baik barang-barang yang memang kita butuhkan, atau barang-barang yang hanya sekedar keinginan belaka.
Bahkan, hukum dapat merangkak dikaki kita, dan menghamba untuk kita permainkan.
Dengan uang berlebih, kita mampu dengan mudah membeli Syurga, juga sekaligus Neraka. Di posisi inilah, jika tidak pandai bersyukur dan berterima kasih, kita akan dengan mudah membeli Neraka.
Jadi, apapun kondisi kita, pandai-pandailah berterima kasih. Baik ketika susah, apalagi ketika senang. Kemampuan kita berterima kasih, akan menunjukkan kualitas diri. Makin berkualitas seseorang, makin mampu dia berterima kasih.
Wallahu A'laam.