Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Stasiun Cilegon sebagai Cagar Budaya

30 Juni 2016   05:40 Diperbarui: 30 Juni 2016   07:23 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di Depan Stasiun Cilegon. (dok. Pribadi)

Malam itu, 24 Juni 2016, Setelah selesai taraweh dan makan malam, teman saya, Bang  Isson Khaerul berpesan, kalau besok pagi, tolong diantarkan ke Stasiun Cilegon. Beliau ingin pulang ke Jakarta setelah kunjungannya, selama dua hari di Cilegon. Spontan saya bertanya, mengapa tidak dengan Bus saja. Setiap saat Bus jurusan Merak – Jakarta yang melewati Cilegon tersedia. Prosesnya, tentu lebih sederhana.

Sahabat saya menjawab, ada nuansa Kereta Api yang tidak dijumpai pada Bus Antar Kota. Sebagai penggemar Kereta Api, saya sependapat dengan sahabat saya itu, meski saya tidak bertanya, apa persisnya nuansa yang berbeda itu. Tentunya, untuk setiap orang, nuansa yang dimaksudkan akan berbeda.

Bagi saya, nuansa berbeda dalam berKereta Api antara lain, lokasi stasiun selalu dalam kota, view dalam perjalanan eksotis untuk dilihat, seperti sesaat setelah menikung tajam, lalu Kereta Api memasuki jembatan, sebagian rangkaian gerbong sudah berada diatas jembatan sementara sebagian lain belum masuk. Jika dilihat dari gerbong tiga atau dua gerbong terakhir, perpaduan gerbong Kereta Api yang menikung, Jembatan besi pada rangkaian Kereta Api dan beda elevasi antara rel Kereta Api dan sungai, menghasilkan kombinasi sebuah view yang sungguh eksotis. View lain ketika melewati areal persawahan yang hijau, sementara dilatar belakang ada pegunungan hijau yang menjaganya.

View depan Stasiun Cilegon, pagi itu (dok.Pribadi)
View depan Stasiun Cilegon, pagi itu (dok.Pribadi)
Untuk Kereta Api tempo dulu, yang kini tak pernah lagi hadir, sensasi lain, adanya pedagang asongan yang mengasongan jajanan khas rakyat, seperti tempe bacem, tahu bacem, sayur pecel, teh manis dan berbagai jajanan pasar khas panganan lokal dimana stasiun berada. Sayang, hal terakhir ini, tak pernah lagi dijumpai. Pedagang asongan sudah terlarang masuk Stasiun.

Kembali ke Stasiun Cilegon. Pagi itu, jam 6 pagi saya sudah ,meluncur pada titik yang telah kita sepakati bersama, Stasiun Cilegon.

Letak Stasiun Cilegon, berada di belakang Mesjid Agung Cilegon, sangat dekat, kurang lebih hanya sekitar 150 meter. Tepatnya di jalan Stasiun. Pada posisi +14 m dpl  –dari permukaan laut-, masuk dalam kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang. Kota Cilegon. Stasiun yang telah berumur 130 tahun ini (mulai beroperasi pada 13 Maret 1887), tak banyak mengalami perubahan, paling tidak sejak tahun delapan puluhan lalu. Mengingat usia stasiun yang sudah tua dan bentuknya yang masih sama seperti ketika dibangun, maka stasiun termasuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-undang kepurbakalaan.

Calon penumpang di Emplasemen menunggu KA (dok.Pribadi)
Calon penumpang di Emplasemen menunggu KA (dok.Pribadi)
Pagi itu, saya bersama dengan Bang  Isson Khaerul yang akan ke Jakarta, tiba pukul 6.15 menit, sang teman langsung memesan tiket seharga Rp.7.000,- untuk tujuan Jakarta. Sesaat setelah lewat dari loket pembelian tiket, Bang  Isson Khaerul mengacungkan jempol. Setengah berteriak dia mengatakan bahwa Kereta Api akan tiba pukul 6.30. Itu artinya akan  ada waktu untuk mengabadikan beberapa view dari Stasiun Cilegon. Mengetahui alasannya, mengacungkan jempol itu, saya hanya tersenyum. Pemikiran yang khas blogger atau Jurnalis. Taka da cerita tanpa dokumentasi. Cerita tanpa dokumentasi berarti hoax. Bohong.

Stasiun Cilegon terdiri dari dua pembagian ruangan, ruangan pertama berupa ruang control perjalanan KA dan ruang Kepala Stasiun. Ruang kedua terdiri dari ruang loket penjualan tiket KA dan ruang Administrasi serta ruang tunggu penumpang.

Sementara disisi luar pada emplasment KA ada berjejer kursi sebagai ruang tambahan bagi calon penumpang yang menunggu KA.

Untuk penumpang KA Krakatau Express dapat naik dan turun di Stasiun Cilegon.

Ruang Kantor PPKA (dok.Pribadi)
Ruang Kantor PPKA (dok.Pribadi)
Kereta api Krakatau Ekspres pertama kali diresmikan pada 24 Juli 2013 di Stasiun Merak, di masa jelang musim mudik lebaran 2013. KA Krakatau Ekspres merupakan KA kelas ekonomi ke-5 di Indonesia yang mendapat fasilitas pendingin udara (AC) setelah KA Menoreh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun