Upik merogoh sesuatu dari kantongnya. Rupanya selembar STNK. Ia meletakkan STNK tersebut ke tangan Hanif.
"Ambil STNK ini, Mas. Motornya masih bagus. Ada di parkiran, nanti saya ambilkan. Saya butuh empat juta buat menggenapi biaya operasi. Kasih saya waktu satu bulan saja, nanti saya lunasi. Kalau saya tidak bisa melunasi, ambil saja motornya"
Mata Hanif terbelalak.
"Pik, bukankah ini motor yang dibuat ngojek suamimu?"
"Bukan, Mas, sebetulnya ini motor pemberian adikku dari Pekalongan."
"Tidak, Pik. Ambil kembali STNKmu."
"Tapi saya butuh uang buat biaya operasi anak saya, Mas. Tolong saya, Mas"
Hanif mengambil dompet di kantong celananya.
"Pik, tidak usah kamu gadaikan motormu. Saya bantu kamu, tapi tidak sebanyak itu. Di dompet saya cuma ada dua juta. Kuharap ini bisa membantu" Hanif menyodorkan beberapa lembar uang ratus ribuan. Upik menerima dengan tangan bergetar. Matanya berkaca-kaca.
"Terimakasih, Mas Hanif... terima kasih... Allah menurunkan malaikatNya untuk menolongku" tangis Upik pecah. Hanif memegang ujung tangan kanan Upik, menyeka air matanya dengan tangan kirinya.
"Tak perlu begitu, Pik. Aku cuma membantu sebisaku."