Mohon tunggu...
Iswatun Hasanah
Iswatun Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

If you want to be the best, you have to work more than the rest

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tidak Pintar Matematika Bukan Berarti Bodoh!

25 November 2022   09:39 Diperbarui: 25 November 2022   09:51 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kemampuan berhitung tidak kalah pentingnya dengan kemampuan membaca dan menulis. Apa jadinya jika ternyata seorang anak mampu membaca dan menulis, akan tetapi tidak sanggup berhitung? Pastinya ia akan seringkali merasa kesulitan, baik dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, sangat wajar jika para orang tua merasa khawatir saat mengetahui anaknya mengalami kesulitan berhitung.

Kesulitan berhitung sering kali disebut dengan  Dyscalculia Learning atau Diskalkulia. Diskalkulia sendiri merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika. Anak yang mengalami diskalkulia  biasanya akan mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa simbol untuk berfikir, membaca, berimajinasi, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan jumlah atau kuantitas. Banyak yang beranggapan bahwa anak penyandang disklakulia merupakan bentuk kegagalan akademis yang pada akhirnya berekembang menjadi ketidakmampuan dalam belajar matematika.

Biasanya diskalkulia ini umumnya dialami oleh anak-anak, namun ada juga yang berkembang saat memasuki usia dewasa. Misalnya mereka baru mengalami kesulitan belajar yang luar biasa pada saat belajar aljabar di tingkat sekolah menengah, akhir atau bahkan dijenjanhg perguruan tinggi. Selain itu, diskalkulia pada usia dini dapat ditandai dengan ketidakmampuan dalam semua aktivitas yang melibatkan progamming, time management atau bugdgeting, bahkan pada pembuatan midtern planning.

Lalu apabila muncul sebuah pertanyaan dari orang tua, "mengapa kok bisa sih anak saya terkena diskalkulia?

Begini, Sebagian besar anak yang mengalami diskalkulia  mempunyai kesulitan dalam memproses visual. Mereka yang mengalami kesulitan mengingat benda-benda atau angka, akan mengalami kesulitan mengingat urutan operasi yang harus diikuti atau langkah-langkah pengurutan tertentu yang seharusnya diambil untuk memecahkan soal matematika.

Adapun fackor penyebab anak mengalami diskalkulia yaitu

  • Faktor Genetik (Penelitian telah menemukan bahwa anak dengan diskalkulia kemungkinan memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengalami hal serupa).
  • Faktor Lingkungan (Faktor lingkungan tertentu yang menyebabkan perkembangan otak yang tertunda cukup sering dikaitkan dengan diskalkulia pada anak. Misalnya, ibu minum minuman beralkohol saat hamil, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah).
  • Perkembangan otak (Studi pencitraan otak telah menunjukkan beberapa perbedaan antara anak dengan diskalkulia dan tanpa diskalkulia. Gangguan otak di area tertentu terutama pada salah satu bagian dari lobus parietal--yang bertanggung jawab untuk memproses informasi numerik juga dapat menyebabkan diskalkulia pada anak -- anak).
  • Fobia Matematika (Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa minat dan kepercayaan diri apapun yang berkaitan dengan hitung-hitungan. Jika tidak diatasi dengan segera, sang anak akan mengalami kesulitan dalam semua hal yang berbau hitung-hitungan)

Mempunyai kesulitan dalam mempelajari matematika tidak berarti seseorang mengalami kesulitan dalam belajar. Jadi, bagaimana kita dapat menyebutkan bahwa anak kita memiliki gangguan diskalkulia?

  • Usia Prasekolah

Kesulitan mempelajari hitungan

Kesulitan mengenali angka-angka yang tertetulis

Kesulitan mengelompokan bentuk benda

  • Anak-anak Usia Sekolah

Kesulitan mempelajari dasar-dasar Matematika (penambahan,pengalian, pengurangan, dan pembagian)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun