Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Menggunakan Model 5R

9 Desember 2023   20:16 Diperbarui: 9 Desember 2023   20:54 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses coaching mendorong saya untuk aktif mendengarkan, memberi pemahaman tentang penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi coachee. Terhubung erat dengan modul sebelumnya, topik dalam modul 2.3 berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, menyempurnakan pemahaman saya dalam konteks pengembangan akademik dan emosional siswa.

4. Menganalisis (Reasoning):


Sebagai seorang coach, saya diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam membimbing coachee dalam mengeksplorasi ide-ide tindakan yang menggali potensi dirinya sangat penting. Dorongan dan motivasi yang diberikan oleh coach bertujuan agar coachee dapat merumuskan rencana solusi dengan komitmen dan tanggung jawab.

Seorang coach juga harus memiliki keterampilan untuk mendorong coachee dalam memilih orang yang tepat untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya. Coach memberikan dorongan agar coachee bertanggung jawab atas tindakan nyata yang akan diambil, sesuai dengan pencapaian yang sudah dijadwalkan.

Terutama, coach harus meyakinkan coachee bahwa setiap masalah memiliki solusi. Dengan mendengarkan secara aktif, coach menciptakan hubungan saling menghargai dan menghormati, menciptakan keakraban dan keyakinan dalam situasi tersebut.

Seorang coach harus mampu merumuskan pertanyaan berbobot yang tepat, membimbing coachee untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhannya.


5. Merancang Ulang (Reconstructing):


Sebagai seorang coach, fokus utama saya adalah mendampingi murid dan rekan sejawat agar dapat mengeksplorasi diri mereka, membantu mereka menemukan kebutuhan belajar, serta merancang strategi untuk memecahkan masalah yang muncul. Dengan menerapkan model TIRTA dalam proses coaching, saya yakin coachee akan mengalami peningkatan kepercayaan diri. 

Mereka akan lebih yakin dengan potensi yang dimiliki sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pendekatan ini menciptakan lingkungan coaching yang mendukung, memotivasi, dan menghasilkan hasil yang positif.

Model TIRTA, yang merupakan akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung Jawab, akan saya terapkan secara komprehensif dalam coaching. Saya akan memastikan pemahaman yang mendalam terhadap tujuan coaching coachee, yang akan membimbing langkah-langkah selanjutnya. 

Saya juga akan membantu coachee mengidentifikasi masalah atau permasalahan yang perlu diatasi, merinci rencana tindakan yang konkrit dan realistis, serta mempersiapkan mereka untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam mengelola dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan pendekatan ini, saya meyakini bahwa proses coaching akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pengembangan diri coachee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun