Selain itu, komunikasi yang tegas dan jelas tentang aturan dan ekspektasi adalah komponen penting dari Disiplin Positif. Ketika siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan melihat bahwa aturan ini diterapkan secara konsisten, mereka lebih cenderung menginternalisasi nilai-nilai kebajikan yang mendasari aturan tersebut.
Umpan balik positif juga merupakan strategi yang efektif dalam mendukung pengembangan nilai-nilai kebajikan. Ketika siswa diberi pengakuan dan pujian atas perilaku yang positif yang mencerminkan nilai-nilai kebaajikan, mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Perubahan Motivasi dalam Karir Guru Penggerak
Dalam modul ini, kita juga diajak untuk merenung tentang perubahan motivasi dalam karir sebagai seorang Guru Penggerak. Awalnya, motivasi mungkin bersifat eksternal, seperti mendapatkan penghargaan atau imbalan tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut dapat berubah menjadi dorongan yang lebih dalam.
Perubahan motivasi ini sering kali terjadi ketika seorang guru penggerak mulai menyadari bahwa pekerjaannya memiliki dampak yang signifikan pada pendidikan dan perkembangan siswa. Kepuasan muncul ketika melihat perubahan positif dalam perilaku dan prestasi siswa serta kontribusi yang diberikan kepada rekan guru.
Perubahan ini berdampak positif pada pengembangan diri sebagai pendidik. Guru yang terus-menerus merasa terdorong untuk meningkatkan keterampilan mereka, belajar, dan mengembangkan diri mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini juga memengaruhi cara mengajar mereka, menciptakan suasana kelas yang lebih dinamis dan mendukung pertumbuhan siswa.
Yang terpenting, perubahan motivasi ini memberikan makna yang lebih dalam pada pekerjaan sebagai Guru Penggerak. Mereka merasa memiliki peran yang signifikan dalam membentuk masa depan generasi muda dan menciptakan perubahan positif dalam sistem pendidikan.
Ketika Aturan Eksternal Tidak Ada
Sebagai guru, kita juga harus merenung tentang bagaimana kita akan berperilaku ketika aturan eksternal tidak ada atau tidak berlaku. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita akan tetap berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, meskipun tidak ada hukuman atau penghargaan eksternal yang mengarahkan tindakan kita?
Ini adalah pertanyaan yang sangat penting dalam konteks pendidikan. Apakah kita mematuhi aturan dan berperilaku baik hanya karena takut mendapatkan hukuman atau demi mendapatkan penghargaan eksternal, atau apakah kita memiliki disiplin diri internal yang mendorong kita untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan?
Jika kita memiliki disiplin diri internal, kita akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar, memberikan contoh yang baik kepada siswa, dan bertindak dengan integritas, bahkan tanpa adanya aturan eksternal yang mengharuskan kita melakukannya. Ini adalah manifestasi dari nilai-nilai kebajikan yang kita yakini dan internalisasi atas prinsip-prinsip moral yang kita anut.