Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

10 Tradisi Masyarakat Sunda pada Bulan Ramadhan, Wajib Disimak Nih!

23 Maret 2023   05:24 Diperbarui: 23 Maret 2023   05:39 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbuka puasa (Pexels.com/Rodnae Production)

Menurut informasi yang dilansir oleh warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Latif Wijaya atau yang lebih dikenal sebagai Abah Latif, selaku juru kunci makam keramat dan sesepuh di desa tersebut, menjelaskan bahwa ritual adat Misalin memiliki arti secara harfiah melakukan pergantian baju menuju kesejahteraan hidup lahir batin.

Asal usul tradisi ini berasal dari kata "Mi" yang berarti melakukan dan "Salin" yang berarti berganti pakaian. Karena itu, tradisi tahunan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat di wilayah tersebut untuk menyalin jiwa mereka dan menyambut bulan Ramadan.

Dalam tradisi ini, masyarakat bergotong-royong membersihkan makam leluhur sambil berdoa di tempat tersebut untuk membersihkan diri mereka dan menyambut bulan Ramadan dengan penuh suci.

Ngubek Setu 

Tradisi menangkap ikan secara massal alias bersama-sama (beramai-ramai) yang kerap dilakukan masyarakat Sunda di kolam atau setu. Mengutip dari Antaranews.com, bahwa warga Kota Bogor, Jawa Barat, memiliki tradisi istimewa dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan cara Ngubek Situ atau menguras isi Situ Gede yang terletak di kawasan Hutan CIFOR. 

Ngubek Situ telah menjadi pesta rakyat yang diadakan dalam rangka Mapang Munggah atau menyambut datangnya bulan Ramadhan dan Hari Jadi Bogor (HJB) yang tahun ini berusia 535 tahun. Awalnya, warga Situ Gede mengambil ikan untuk makan sahur pada hari pertama puasa. Namun, seiring berjalannya waktu, karena bulan puasa bertepatan dengan HJB, maka tradisi tahunan ini juga dikaitkan dengan HJB," ujar Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Situ Gede, Eman Sulaiman. 

Ngabuburit 

Tradisi bersantai sambil menunggu waktu berbuka puasa di bulan suci Ramadhan, juga biasanya menjadi waktu berburu takjil atau santapan untuk berbuka puasa. Hawe Setiawan, Ketua Lembaga Budaya Sunda (LBS) di Universitas Pasundan, menyatakan bahwa ngabuburit berasal dari kata dasar "burit" yang berarti sore atau petang. 

Ngabuburit merujuk pada kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu sambil menunggu sore tiba. Menurut Hawe, kegiatan ngabuburit sekarang semakin berkembang dan beragam dibandingkan dengan awal kemunculannya. 

Di masa lalu, anak-anak mengisi kegiatan ngabuburit dengan bermain permainan tradisional Jawa Barat seperti bebeledugan atau meriam bambu. Saat ini, kegiatan ngabuburit disesuaikan dengan kebudayaan daerah masing-masing, dengan fokus pada kegiatan yang lebih kreatif dan bermakna, tidak hanya untuk mengisi waktu, tetapi juga untuk merenungkan makna Ramadan. 

Ngalap Berkah

Kata "ngalap" berasal dari bahasa Sunda yang artinya mencari, dan "berkah" berarti keberuntungan atau anugerah dari Tuhan. Tradisi ini dilakukan dengan cara mengunjungi rumah tetangga dan kerabat untuk meminta doa restu dan keberkahan. Ketika berkunjung, biasanya orang akan membawa oleh-oleh seperti makanan atau bingkisan lainnya sebagai tanda rasa syukur atas kesempatan untuk berbuka puasa bersama.

Mawakeun 

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda selama bulan Ramadan dengan menggunakan rantang. Rantang adalah wadah yang terbuat dari stainles atau plastik. Pada jaman dahulu rantang biasa dibuat dari anyaman rotan yang digunakan untuk membawa makanan saat bepergian. Tradisi Mawakeun dilakukan pada siang hari menjelang waktu buka, di mana seseorang membawa rantang yang berisi makanan untuk dibagikan kepada tetangga dan kerabat yang kurang mampu. 

Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian sosial dan juga untuk memperoleh pahala di bulan suci Ramadan. Orang yang memberikan makanan akan mendoakan mereka yang menerima untuk selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan kelancaran rezeki dalam tradisi Mawakeun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun