Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Siasati Euforia Saat Menerima Gaji Pertama

13 Februari 2022   16:40 Diperbarui: 15 Februari 2022   14:15 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk pedagang yang sudah tua, saya beli dagangan mereka. Hitung-hitung syukuran, begitu pikir saya. Jarang-jarang khan, tidak setiap hari bisa berbagi dengan mereka. 

Kantong plastik yang saya tenteng, dari sekolah terasa semakin berat. Ada kukus jantung pisang, dibeli dari kakek tua yang mangkal di depan salon Alona. 

Keripik singkong dibeli dari nenek yang mangkal di trotoar depan warteg. Jeruk hijau dua kilo, kerupuk bangreng, gula merah, lalab daun singkong dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua barang itu dibeli dari para pedagang tua yang mangkal di jalanan. 

Sebenarnya, saya tidak butuh semua itu. Toh, tidak pernah memasak di rumah. Untuk makan, kami selalu beli masakan yang sudah jadi. Tapi, hari ini istimewa. Saya ingin semua orang yang ikut merasakan kebahagiaan.

Sebelum naik angkutan kota menuju rumah, saya singgah dulu di toko baju. “Beli baju ah, buat Mbah Ti, ...” Begitu bisik hati. “Sekali-kali membelikan daster untuk orang yang bantu-bantu di rumah, itung-itung berbagi kebahagiaan, ...” 

Hari itu penyakit gila belanja kambuh. Setelah masuk toko. Banyak sekali baju yang singgah di keranjang belanja. Daster untuk Mbah Ti, Emak, ibu mertua. Baju koko untuk Bapak dan Bapak Mertua. Belum lagi, baju untuk anak-anak dan tentunya baju untuk saya. Masa untuk sendiri lupa hehe. 


Tiba di rumah, saya bongkar semua belanjaan. Wooow ternyata banyak sekali. Saya sampai lupa untuk menulis di jurnal keuangan harian, berapa harga-harga barang yang dibeli tersebut.

Akibat euforia, jadi kalap belanja

Malam menjelang tidur, suami menghampiri. Pelan dia berkata, “Bu, maap ya, ... gaji ayah bulan ini jangan dipake dulu. Ayah nadzar ingin membelikan cincin untuk Ibuku. 

Ayah sudah berjanji. Takut dosa kalau tidak ditepati. Nanti tanggal sepuluh ada rapel satu bulan, itu juga jangan dipake dulu, Ayah ingin membeli cincin untuk Ibumu.”

Gubrak! saya kaget setengah mati. 

“Ya, Ayah! Ibu tidak apa-apa, janji harus ditepati. Lagian itu kan untuk orang tua Ibu juga.” Pelan saya menjawab. Ada sedih yang menggantung dalam ucapan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun