Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pasar Minggu Setemon, Pasar Rakyat yang Mengejawantah

12 Februari 2023   16:56 Diperbarui: 13 Februari 2023   04:37 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi yang tidak terlalu cerah, tapi tidak hujan. 

Saya melajukan motor ke arah Setemon, sebuah dukuh atau dusun yang berada dalam wilayah desa dan Kecamatan Kebonsari. 

Kali ini saya mantap menuju lokasi Pasar Minggu Setemon, karena minggu lalu saya sudah sampai ke sana, meski telat karena datangnya sudah sekitar jam 11.00 wib. 

Tentu saja pedagangnya tinggal beberapa dan bisa dihitung dengan jari. 

Padahal, ada sekitar 77 pedagang atau pelaku UMKM yang ikut meramaikan pasar minggu Setemon ini. 

Diharapkan pasar minggu ini akan merangsang geliat ekonomi agar pulih lebih kuat. 

Para pelaku UMKM inilah yang menjadi garda depan untuk menjaga pemulihan ekonomi yang sempat terpuruk saat pandemi covid-19 dan sebagai penyokong adanya prediksi ekonomi yang akan mengalami resesi di tahun 2023 ini. 

Beberapa pedagang, bahkan hampir semua sudah memanfaatkan transaksi online untuk memasarkan dan mempromosikan produknya. 

Sesuai namanya, Pasar Minggu Setemon ini diadakan setiap hari Minggu. 

Mulai sekitar pukul 06.00 wib sampai sebelum dhuhur. 

Batas wilayah yang boleh dilalui kendaraan bermotor (dokpri IYeeS) 
Batas wilayah yang boleh dilalui kendaraan bermotor (dokpri IYeeS) 

Tak terasa saya sudah sampai di lokasi. 

Di batas ini, kendaraan bermotor dilarang masuk untuk menjaga ketertiban dan memudahkan pengunjung berbelanja. 

Saya memarkir motor di pinggir jalan, mengikuti banyak motor yang sudah parkir. 

Ternyata untuk parkir tidak dikenakan retribusi. Manajemen yang keren. 

Hal ini tentu akan meningkatkan minat pengunjung untuk berbelanja di Pasar Minggu Setemon. 

 Saya mulai memasuki area pasar. 

Pedagangnya sangat beragam. Dari sayuran sampai fashion. Menyediakan segala kebutuhan sehari -hari. Wujud pasar rakyat untuk memenuhi kebutuhan rakyat. 

Pertama masuk saya tertarik pada penjual jeruk bali. Eh, bukan penjualnya. Tapi jeruk balinya. Hihihi.. 

"Berapa, Pak? Tanya saya. 

" Ini yang baru petik, yang itu yang sudah lama, sudah layu, lebih enak! "

Ealah, bapaknya ditanya harga malah menunjukkan jenis jeruknya. 

"Ini jeruk Bali, " Lanjut bapaknya lagi. 

"Kalau yang itu jeruk apa Pak?" Tanya saya menunjuk kelompok yang lain. Jeruknya memang dibagi dalam 3 kelompok, entah atas dasar apa. 

" Ini jeruk Bali juga, hehehe, " Jawab bapaknya. 

Saya tersenyum geli. Kirain bapaknya mau menjawab, " Yang ini jeruk nambangan, yang itu jeruk pamelo!" (Misalnya). 

Sebenarnya ketiga nama itu merujuk pada jeruk yang sama. Jeruk berukuran bulat besar dengan bongkahan jeruk di dalamnya. Bisa dikonsumsi langsung, bisa dibuat rujak. 

Bahkan kulitnya yang seperti gabus itu bisa dibuat manisan. Saya pernah makan manisan kulit jeruk bali saat masih SMA. 

Saat itu teman saya ada yang ultah, dan salah satu hidangannya manisan kulit jeruk Bali. Rasanya unik. Manis-manis getir gitu. Eh, kok jadi ngelantur. 

"Berapa, Pak? " Saya mengulangi pertanyaan. 

" Yang kecil, 12 ribu boleh, Bu! " Akhirnya si bapak menjawab juga. 

"Kalau yang besar berapa, Pak? " Tanya saya lagi. 

"Yang besar 15 ribu, Bu! "

"Sepuluh ribu boleh? " Tanyaku menawar. 

"Belum boleh, Bu! " Jawabnya sambil tertawa getir. 

"Ya sudah, beli satu saja yang besar, Pak!

Jeruk bali, buah naga dan alpukat (dok IYeeS) 
Jeruk bali, buah naga dan alpukat (dok IYeeS) 

 Aku segera membayar dan melanjutkan petualangan. Eh.... 

Ada tepo pecel, aduh... Aku sudah terlanjur sarapan tadi. 

Ada es krim home made. Ini kesukaan ku. Tapi agak malu juga, orang tua beli es krim. Andai sambil menuntun anak kan bisa buat alibi. Hiks

Atau kalau sama ayah kan, ada temannya. Jadi nggak malu-malu amat asyik njilatin es krim. 

Es krim home made. Cukup 5 ribu dapat 1 cone dengan 2 rasa (dokpri IYeeS) 
Es krim home made. Cukup 5 ribu dapat 1 cone dengan 2 rasa (dokpri IYeeS) 

Perjalanan berlanjut. Beli es krim nya nanti saja kalau mau pulang. 

Ada penjual sajam. Serem juga, hehehe.. 

Ternyata ada juga penjual daster dan tas hasil kerajinan. 

Ini salah satu yang digandrungi ibu-ibu juga. Ayuk dipilih.. Dipilih.. Dipilih.. 

Daster selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk ibu-ibu (dokpri IYeeS) 
Daster selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk ibu-ibu (dokpri IYeeS) 

Spot yang hampir selalu ada, adalah ruang untuk anak. Yang paling populer adalah mewarnai gambar yang sudah disediakan. 

Pengunjung anak-anak termasuk mendominasi, dan orang tua yang mendampingi tentunya. Orang-orang tua yang berbahagia mengajak anaknya ke pasar minggu. 

Mewarnai. Ruang untuk anak selalu tersedia dalam setiap kesempatan (dokpri IYeeS) 
Mewarnai. Ruang untuk anak selalu tersedia dalam setiap kesempatan (dokpri IYeeS) 

Penjual kripik, makanan kecil serba 5 ribu, pentol daging, date tahu, sate seafood (tepung yang dibentuk ala seafood), bakso bakar, sate usus, kebab, takoyaki. 

Pokoknya semua ada, tinggal pilih apa yang disuka. 

Grontol, jagung mentah, ada juga umbi-umbian, kacang tanah mentah, ketela, ada juga. Pengin beli tapi kok bawaan sudah berat. Kapan-kapan saja deh. 

Kripik, salah satu produk home made yang banyak penggemar nya (dokpri IYeeS) 
Kripik, salah satu produk home made yang banyak penggemar nya (dokpri IYeeS) 

Penjual perkakas plastik sepertinya berlimpah berkah. 

Dagangannya diserbu ibu-ibu. Ember, pot, piring, mangkok, tumbler, semua ada. 

Harga rata-rata 6 ribuan. Tapi saya belum tertarik membeli, teringat di rumah banyak wadah makanan dari  plastik yang menggunung. 

Perkakas plastik, salah satu idola ibu-ibu (dokpri IYeeS) 
Perkakas plastik, salah satu idola ibu-ibu (dokpri IYeeS) 

Terdengar alunan merdu penyanyi dari panggung di tengah sawah yang tertata rapi dengan sound system yang mendukung. 

Ojo dibanding-bandingke.. 

Disaing-saingke,.. 

Yo mesti kalah.... 

Para biduan yang menghibur pengunjung pasar minggu (dokpri IYeeS) 
Para biduan yang menghibur pengunjung pasar minggu (dokpri IYeeS) 

Ini tempat para biduan menghibur pengunjung sudah tertata rapi sepertinya. 

Di tanah bengkok milik desa itu memang sedang dibangun. 

Kemungkinan nanti pasar minggu akan berpindah ke area situ kalau sudah selesai dibangun dan ditata. 

Sementara ini masih di pinggir-pinggir jalan sepanjang lokasi yang digunakan. 

Nasi uduk. Duh.. Bikin lapar (dokpri IYeeS) 
Nasi uduk. Duh.. Bikin lapar (dokpri IYeeS) 

Ada juga penjual nasi uduk yang bikin lapar. Tapi kok masih nanggung buat makan siang. Belum ada jam 10.00, padahal tadi sudah sarapan. Hiks.. 

Sampai di ujung ada lapak penjual buah. Lumayan, bisa beli buah naga dan alpukat. 

Harganya masih tinggi sih. Saat panen raya, buah naga bisa 3-5 ribu/kg. Kali ini masih 13 ribu/kg.

Sedang alpukat 15 ribu/kg.

Eh, kok bawaan jadi berat ya. 

Kalau begitu beli yang enteng-enteng saja sambil pulang. 

Ini ada makanan unik yang warnanya ngejreng. Duh, tadi dikasih tahu namanya kok sekarang sudah lupa. Akhirnya daripada penasaran, ya googling. Eh ketemu... Namanya kue gapit. Teksturnya renyah seperti wafer, tapi manis tanpa selai. 

Kue gapit dan rempeyek (dok IYeeS) 
Kue gapit dan rempeyek (dok IYeeS) 

Lumayan, serba 5 ribu. 

Lanjut beli rempeyek kesukaan. Ayah sih requestnya peyek teri. Ternyata nggak ada. Ya sudah beli rempeyek kacang. 

Penjualnya lagi ngobrol. 

Ahayyy.. Kayaknya kenal. Siapa ya? 

Sambil berjalan pulang mengingat-ingat. Ya begini ini kalau orang sudah berumur. 

Haaa.. ingat sekarang. Itu kan Mbah  Kung dari ISK. Kenapa tadi tidak ngobrol yaa..., pastinya bisa mendapat lebih banyak informasi tentang pasar minggu. 

Maaf nggih Mbah Kung, tadi tidak menyapa. Padahal beberapa kali membajak foto dari ISK buat ilustrasi.

Mohon maaf sekali ya Mbah Kung.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun