Bahkan sudah diuji laboratorium memenuhi standar air minum untuk dikonsumsi.Â
Saya membayangkannya sumber air itu seperti sebuah sendang, atau sumur terbuka yang dikerubungi orang dan berebut menciduknya dari sebuah sumber alami yang memancar di sekitar rindangnya pepohon di pinggir atau di tengah hutan.Â
Sebenarnya lokasi sumber air yang tak pernah kering itu sering saya lewati, karena saya dan suami sering ngadem ke kresek.Â
Arahnya dari Pasar Pagotan, ke arah timur, sebelum perempatan pintu. Tepat nya di Pasar Dagangan.Â
Pasar? Bukan di tengah hutan?Â
Karena penasaran, sore itu selepas healing di Caping Gunung, saya mampir ke lokasi sumber air yang tak pernah kering.Â
Dari luar terlihat sepi, ternyata di dalam penuh orang. Rapat, meski mereka antri dengan tertib.Â
Ada banyak pipa tempat air mengucur dari pipa yang dipasang di tembok dekat sumber air. Kran itu itu tidak pernah dimatikan, dan orang bergantian menampungnya dalam galon, jrigen atau botol-botol besar.Â
Penasaran dengan keistimewaan sumber air ini, saya mendekati Pak Totok yang sedang sibuk melayani sumbangan pembayaran air dari pengunjung.Â