##Semua bilang, tinggalkan hubungan toksik, cintai diri sendiri. Kenapa tidak mencoba menetralkan racunnya? Bukankah obat itu berasal dari racun tapi dengan dosis yg tepat? Â
 Kamu:  Kamu sungguh tak berharga, tak bisa apa-apa. Hanya bisa mengandalkan gajiku.Â
Aku : Kurasa hanya orang bodoh yang bersedia membayar mahal untuk orang yang tidak bisa apa-apa sepertiku.Â
Hahaha... Tawamu lepas. Â
Akupun ikut tertawa.Â
Butuh kedewasaan untuk menawarkan Racunmu.Â
Lidahmu yang berbisa hanya bisa ditawarkan dengan bisa yang lebih berbahaya di lidahku.Â
Tentu aku harus meramu nya dengan akal dan kecerdasan.
 Kematangan emosi dan percaya diri. Bercampur talenta dan keyakinan
. Apalagi yang kau inginkan?Â
Secangkir cinta itu kuseduh setelah kupaham seleramu.
 Bagaimana mungkin kau menuduhku  meracunimu? Â
Ku teguk separuhnya. Masihkah kau ragu?
 Separuh untukku, separuh untukmu. Kalau itu racun, pastilah kita sama-sama binasa.
 Tapi itu secangkir cinta.Â
Memberi energi dan kuasa yang setara.
 Jangan kau taruh racun di dalamnya.Â
Karena kau akan ikut merasakannya.
Kasih sayang ini lebih dalam dari cinta.
 Karena aku meramu nya dengan logika, welas asih dan asuh.Â
Sedikit rasa pahit untuk menempa mentalmu.Â
Rasa manis untuk memanjakan seleramu.
 Rasa pedas untuk meningkatkan ketahananmu.
 Dan kepatuhan untuk menina bobok tapi tidak membuat kamu mabok.Â
Yang terakhir, tentulah harus terpikir. Kalau kamu mangkir, Aku ngacirrr.....