Mohon tunggu...
Istiqomariyah Indra Ningrum
Istiqomariyah Indra Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi Universitas Surabaya

Selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlunya Kecerdasan Emosi dalam Pengambilan Keputusan

26 Agustus 2020   18:53 Diperbarui: 26 Agustus 2020   18:45 2641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusan merupakan salah satu hal yang mengarahkan jalan hidup seseorang. Pengambilan keputusan merupakan proses individu dalam menentukan alternatif pilihan pada situasi tertentu. Dalam mengambil sebuah keputusan, seseorang harus sangat berhati-hati. Emosi yang menyertai dalam pengambilan keputusan juga harus diperhatikan. Saat mengambil sebuah keputusan, kondisi emosi harus stabil agar pikiran dapat berfikir dengan jernih. Sehingga keputusan yang diambil tidak berdasarkan emosi saja namun merupakan hasil pemikiran yang matang. Hal ini dapat menghindarkan seseorang dari penyesalan.

Keputusan penting dari kehidupan seperti pendidikan, karir, pernikahan, dan lain-lain harus dipikirkan dengan matang dan berorientasi secara jangka panjang karena mempengaruhi masa depan. Keputusan yang didasarkan muatan emosi seringkali berujung penyesalan karena tidak disertai komitmen. 

Contohnya, seorang laki-laki menghamili wanita di luar pernikahan namun tidak ingin bertanggungjawab dengan melakukan pernikahan. Keputusan untuk melakukan menghamili wanita tersebut didasarkan oleh emosi sesaat. Hal ini mengakibatkan penyesalan pada wanita karena membiarkan emosi cinta yang buta menguasai dirinya. Jika seseorang sudah mengambil keputusan, maka harus berani mempertanggungjawabkan konsekuensinya.

Dalam beberapa kasus, seseorang yang dalam emosi negatif seperti marah dan sedih cenderung mengambil keputusan dengan gegabah dan tidak berfikir dalam jangka panjang. Kasus lain, pengambilan keputusan yang disertai oleh emosi positif seperti terlalu senang/bahagia cenderung membuat janji yang sulit untuk ia lakukan. Hal ini dapat merugikan jika kita melakukan keputusan yang salah karena didasari oleh emosi.

Emosi yang terlalu berlarut-larut dibiarkan akan sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hal ini terjadi karena emosi tertentu yang menyertai aktivitas memiliki dampak tersendiri. Emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu kita perlu mengetahui emosi itu sendiri agar kita senantiasa dapat mengkontrol emosi dengan baik sehingga saat mengambil keputusan akan terhindar dari penyesalan.

Emosi sulit untuk didefinisikan secara paten karena peneliti terdahulu cenderung memfokuskan pada satu dari tiga komponen emosi. Namun saat ini ada sebuah realisasi bahwa definisi harus terdiri dari tiga komponen, sehingga emosi dapat didefinisikan sebagai hasil koordinasi dari pengalaman subjektif, perilaku yang diekspresikan, dan pengaruh fisiologis/neurologis dengan berbagai durasi (Arne Vikan, 2017). 

Ada tiga teori mengenai emosi menurut Weiten (2013) yaiu James-Lange, Cannon-Bard, dan Schachter's Two-Factor. Menurut teori James-Lange, pengalaman emosi dihasilkan dari adanya stimulus yang menimbulkan respon fisiologis sehingga adanya emosi tertentu. Namun menurut Cannon-Bard, pengalaman emosi dihasilkan dari adanya stimulus yang menimbulkan respon fisiologis disertai emosi yang terjadi secara bersamaan. 

Sedangkan menurut Schachter's Two-Factor, pengalaman emosi dihasilkan dari adanya stimulus yang merangsang respon fisiologis dan proses kognitif sehingga timbul emosi tertentu. Ilustrasi teori James-Lange adalah ketika kita dikejutkan (stimulus), maka terjadi respon fisiologis berupa jantung berdebar-debar sehingga kita merasakan emosi takut. 

Sedangkan ilustrasi dari Cannon-Bard adalah ketika dikejutkan (stimulus), maka jantung berdebar-debar (respon fisiologis) dan emosi takut terjadi secara bersamaan. Ilustrasi teori Schachter's Two-Factor adalah ketika dikejutkan (stimulus), maka jantung berdebar-debar (respon fisiologis) dan melabeli situasi ini sebagai peristiwa yang berbahaya (proses kognitif) sehingga merasakan emosi takut.

Ada tiga elemen dari emosi. Yang pertama adalah pengalaman subjektif, tiap individu memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Contohnya, ketika dua orang dikondisikan untuk presentasi di depan, salah satu merasa gugup dan cemas sedangkan yang lain merasa bersemangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun