Mohon tunggu...
istiqomah
istiqomah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

jangan takut untuk memulai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi dan Covid-19: Bertahan atau Gulung Tikar

1 Juli 2021   17:38 Diperbarui: 1 Juli 2021   17:48 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semenjak kemunculan corona virus pada tahun 2020, Indonesia sendiri mengalami lonjakan kasus yang cukup banyak ketika awal kemunculan virus ini. Cukup banyak juga kebijakan -- kebijakan yang diambil oleh pihak pemerintah untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus corona ini, mulai dari lockdown local setiap daerah, lockdown negara yang melarang turis -- turis untuk masuk ke Indonesia, ppkm mikro, dan lain sebagainya. Sudah satu tahun berlalu dan sampai sekarang ini, Indonesia masih harus berjuang melayan virus ini, banyak hal dan faKtor lainnya yang bisa mempengaruhi kenapa Indonesia masih belum bisa untuk terbebas dari corona.

Seperti misalnya, pembatasan yang tidak ketat dari pihak pemerintah, yang menyesuaikan dengan keadaan data pertambahan positif setiap harinya, jika angka positif yang rendah setiap hari nya, pemerintah tidak terlalu mengetatkan pembatasan -- pembatasan yang sebelumnya dilakukan cukup ketat, ketika terjadinya lonjakan kasus yang cukup membahayakan seperti yang terjadi akhir-akhir ini, baru lah pemerintah kembali memperketan ppkm, mengadakan jam malam, dan lain sebagai nya. Hal ini menjadi percuma tetapi juga tidak percuma, di satu sisi kita melihat upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani lonjakan kenaikan kasus positif harian, tetapi di sisi lain, hal ini menunjukan kenapa pemerintah tidak mengambil langkah seperti ini dari awal ketika kasus virus corona baru terdeteksi, melakukan pencegahan sedari dini, mungkin bisa memberikan efek culture shock kepada masyarakat, tetapi hal ini dilakukan demi menekan laju pertumbuhan kasus positive harian.

Selain usaha yang dilakukan oleh pihak pemerintah, dari pihak masyarakat juga harus bisa ikut serta memberi andil dalam mensukseskan himbauan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, hal yang paling minimal yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan masker jika ingin keluar rumah, tetapi perlu di ingat bahwa berpergian keluar rumah pun cukup dilakukan jika ada hal genting atau urgensi yang sangat mengharuskan kita keluar rumah, seperti misalnya berbelanja untuk mingguan atau bulanan, bekerja atau melakukan perjalanan kantor keluar daerah, dan lain sebagainya, jika tidak terlalu genting maka tidak perlu dipaksakan untuk keluar rumah, apalagi jika sekadar ingin jalan -- jalan, zaman sekarang ini segala jenis hiburan bisa kita dapatkan dengan mudah, melalui media sosial, televisi, dan lain -- lain. Selain itu, bisa juga kita nikmati untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Mungkin saja, sebelum corona hadir, kita semua cukup disibukkan dengan kesibukan masing -- masing dan tidak sempat atau bakan tidak memiliki waktu untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, Sebagian besar waktu kita gunakan untuk belajar atau bekerja dan sisanya digunakan untuk beristirahat, terus menerus seperti selama beberapa tahun terakhir.

Kebijakan demi kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah demi menekan angka persebaran virus corona, seperti contohnya, wilayah perkantoran yang biasa dihuni oleh bisnis -- bisnis swasta, harus mengurangi pengunjung / karyawan, yang semula angka penyebaran covid harian menurun kapasitas yang ditentukan 75%, namun beberapa bulan belakangan ini cluster penyebaran virus  corona terus melaju dengan begitu ganas, maka kapasitasnya dikurangi menjadi hanya 25% saja, hal ini kembali menimbulkan keresahan serta dilematic yang dialami oleh cluster perkantoran, jika mereka tidak menjalankan pekerjaan sebagaimana biasanya maka akan berdampak pada penurunan pendapatan yang begitu drastis. tak hanya itu, hal ini juga berdampak kepada sektor bisnis kuliner atau rumah makan, yang pada awalnya mereka bisa mempekerjakan pegawai sampai dengan kapasitas maksimal (ambil contoh pegawai yang bekerja pada suatu rumah makan ada 12 orang), namun ketika awal pandemi, mereka hanya bisa mempekerjakan  7 orang pegawainya, sisanya pun terpaksa di phk demi menekan pengeluaran rumah makan untuk upah pegawainya karena  sedikitnya pengunjung yang datang. terlebih lagi ketika laju pandemi semakin meningkat dengan cepat nya seperti saat ini, jam operasional nya pun dibatasi oleh pemerintah, mereka hanya diperbolehkan buka hingga pukul 20.00. Padahal jika waktu normal, jam-jam demikian sedang ramai pengunjung. Namun tak ada pilihan lain yang bisa diambil oleh pemilik bisnis kuliner selain mengikuti aturan pemerintah, karena jika tidak, maka sanksi akan didapatkan.

Selain sektor kuliner, perkantoran juga demikian, harus mau untuk mengurangi jumlah pegawai entah itu dengan cara phk atau melakukan kebijakan wfh, atau memaksakan tetap masuk tetapi dengan resiko penularan yang sangat tinggi bagi cluster perkantoran. Selain cluster perkantoran yang mengkhawatirkan, industry restaurant dan juga industry perhotelan sedang memasuki tahap yang mengkhawatirkan, sampai pada hari ini diperkirakan lebih dari 150 restaurant sudah tutup, dan juga tidak sedikit industry perhotelan juga mengalami nasib yang sama, akibat nya juga, industri--industri yang menyediakan tiket hotel dan penerbangan juga merasakan hal yang sama, terlebih lagi mereka harus bersaing dengan penjual platform online lainnya, yang memberikan harga murah serta diskon yang tentunya lebih membuat masyarakat tergiur.

Timbul nya rasa bimbang dari inginnya mempertahankan usaha yang berjalan dan juga di satu sisi harus mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak pemerintah, dengan keadaan yang semakin parah sekarang ini, cukup banyak sector -- sector swasta baik itu perkantoran ataupun bentuk perekonomian lainnya yang sudah gulung tikar, banyak sekali ruko -- ruko daerah kelapa gading yang mulai sepi dan tutup akibat dari pandemic covid-19,  jika kita menelusuri dari arah mall artha gading menuju mall kelapa gading, kita bisa melihat ada beberapa ruko -- ruko yang tutup dan sudah di ganti dengan usaha baru, ada juga yang memang tutup dan dibiarkan begitu saja, seperti rumah kosong, di daerah Jakarta Utara, lebih tepatnya pada Koja Trade Mall, tidak sedikit juga etalase -- etalase toko yang sudah kosong, hal ini juga disebabkan karena pandemic yang kembali memuncak, selain itu juga, khususnya pada sector ekonomi yang bergerak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan lainnya yaitu Giant, yang secara resmi menutup seluruh gerai yang dimiliki di Indonesia, hal ini dilakukan karena mereka kalah saing dan tidak bisa bersaing pada masa pandemic.

Karena sedikit nya pemasukan bahkan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali akhirnya membuat banya sector -- sector swasta memilih untuk menyerah dengan keadaan, tetapi tidak sedikit juga dari mereka akhirnya memilih untuk membanting stir dan menyediakan jasa nya melalui jejaring online dan media sosial, ada juga yang menyediakan jasa nya melalui tampilan website. Yang paling mudah kita temui adalah banyak nya masyarakat yang menggunakan media sosial untuk membuka usaha baru dan memasarkan nya melalui Instagram, facebook, dan whatsapp. Bagi perusahan -- perusahan besar, mereka biasanya menyediakan layanan jasa nya melalui website, hal ini kembali menimbulkan daya saing yang cukup ketat antara pendatang baru dan juga pendatang lama.

Tetapi, sekarang ini juga tidak sedikit dari rumah makan atau usaha rumahan yang menjual produk nya melalui media sosial harus merasakan sedikitnya pendapatan atau bahkan harus rela menggulung tikar, karena masyarakat beranggapan bahwa disaat pandemic seperti ini, jajan dan makan diluar tidak terlalu baik untuk mereka, ditambah lagi bentuk penyajiannya yang tidak mereka ketahui apakah cukup higienis dan lagi cara pengolahan bahan makanan nya pun tidak mereka ketahui, dan membuat masyarakat akhirnya memilih untuk memasak sendiri, tetapi masalah kembali muncul ketika masyarakat ingin memasak untuk keluarga mereka, mereka harus pergi ke pasar, berjumpa dengan kerumunan, dimana hal itu bisa membuat mereka dengan mudah tertular virus covid-19 dan membawa virus tersebut ke rumah, ini seperti menjadi buah simalakama bagi masyarakat dan kita semua.

Banyak nya juga saingan dalam menjalankan bisnis usaha, yang semakin mempersulit untuk mendapatkan pendapatan, banyak nya variasi yang bisa kita temukan di media sosial, seperti contoh nya makanan, yang cukup mudah kita temukan berbagai jenis nya di aplikasi Grabfood / Gofood, tentunya kita akan memilih harga termurah dengan kuantitas makanan yang cukup banyak, serta melihat apakah restaurant tersebut bisa menggunakan kode promo yang dapat menambah murah pengeluaran untuk kebutuhan makan.

Kebertahanan masyarakat dalam menjalankan usahanya disaat pandemic covid-19 memang cukup mengkhawatirkan, sejauh ini, kita sudah melihat banyak sekali masyarakat yang di phk, perusahaan yang gulung tikar, serta sector -- sector lainnya yang sudah hancur akibat covid-19. Semua nya harus memutar otak, menemukan cara -- cara bagaimana agar usaha yang sudah dibangun ini bisa bertahan dari pandemic covid, banyak yang menjual barang, makanan dan menawarkan jasa dengan memberikan harga yang cukup miring, yang terpenting adalah mendapatkan masukan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Selain dampak ekonomi yang menghantui, tutup nya sector pariwisata juga menimbulkan masalah lainnya dalam kehidupan, meningkatnya tingkat stress yang dialami masyarakat akibat tidak bisa merasakan liburan, juga berdampak kepada meningkatnya angka kasus KDRT dan juga perceraian, karena sebelum adanya pandemic covid ini, masyarakat selalu disibukkan dengan kehidupannya masing -- masing, ada yang menghabiskan waktunya untuk bekerja di kantor, bekerja di rumah, atau mungkin melakukan perjalanan keluar kota, tetapi karena adanya covid ini, masyarakat yang diharuskan di rumah saja, dan membuat mereka sering bertemu serta berinteraksi dengan orang rumah, juga sebelum pandemic, manusia dengan mudah bisa mengekspresikan rasa stress mereka dengan cara pergi ke tempat -- tempat wisata rekreasi, tetapi kini sulit mencari wahana rekreasi yang masih buka, kalo pun ada yang buka, keterbatasan kapasitas mejadi hal yang harus diperhatian juga, dan ketidak nyamanan karena protocol Kesehatan yang harus diperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun