Mohon tunggu...
Istanti Fatkhul Janah
Istanti Fatkhul Janah Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Seorang Ibu dari satu anak yang mengabdikan diri sebagai pembelajar, pembaca manuskrip, pengagum kearifan lokal, pengeja prasasti, penulis kisah, penyuka budaya, penikmat senja, menjalani gaya hidup 'meaning full'~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Reyog Ponorogo dalam Etika dan Estetika

2 Desember 2021   23:57 Diperbarui: 3 Desember 2021   00:19 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan ulasan di atas dapat dicermati bahwa pada dasarnya Reyog mengandung unsur etika maupun estetika. Unsur etika Reyog dapat dirasakan ketika seseorang sudah terjun di dalam sebuah seni khususnya Reyog  maka juga memegang teguh etika. Etika berarti ilmu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kehidupan sehari-hari, etika sering disamakan dengan moral, namun sedikit berbeda. Jika etika biasanya digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku, sedangkan moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan (Bertens, 2007:4). 

Di dalam berkesenian khususnya Reyog seorang seniman harus memiliki etika yang bisa disebut sebagai etika profesi. Etika profesi meliputi dua hal, yaitu: pertama, etika pada diri sendiri. Sebagai seorang pemain Reyog harus memegang etika ptofesi. Mulai dari konsisten pada pilihan untuk terjun didunia seni Reyog sebagai bentuk ekspresi jiwa. Etika lainnya hubungannya dengan attitude. Seorang seniman harus bisa bertanggung jawab pada diri sendiri, menjaga kehormatan serta bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku. Suatu ketika ada seseorang bala Reyog yang melakukan hal negatif, tentu akan berdampak buruk bagi nama paguyuban karena akan terseret negatifnya. Yang paling penting, dengan berkesenian Reyog jangan sampai menjauhkan diri dengan Tuhan.

 Kedua, etika pada orang lain. Sebagai manusia tentu saja berinteraksi dengan orang lain terutama bala Reyog. Sebagai seniman haruslah memiliki tata krama dalam bersosial di lingkungan seni mulai dari tutur kata dan juga sikap. Contoh real yang lainnya misalnya ketika seorang senima Reyog menerima job maka harus berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakannya, saling membantu antara bala Reyog, saling meminjam perlengkapan Reyog apabila dibutuhkan dan lain sebagainya. Intinya lebihpada cara bersosio masyarakat antara bala Reyog.

Berkaitan dengan estetika Reyog yaitu sebuh seni keindahan. Bicara estetika akan sulit dijelaskan dalam barisan kalimat. Sesuatu dikatakan mengandung unsur estetika apabila yen disawang katon endah, yen dirungakne krasa gayeng lan yen dirasake ngresepake ati. Jika dijabarkan yen disawang katon endah yaitu apabila dilihat maka akan tampak indah. Suatu komposisi lengkap tari Reyog mulai Warok, Jathil, Pujangganong, Klana Sewandana dan Dadak Merak semua dikemas secara estetis secara tampilan dan tata gerak tari. Para penata tari tentu saja berusaha menampilkan koreografer yang spektakuler dan berkarakter yang didukung oleh tata kostum. 

Selanjutnya yen dirungakne krasa gayeng ini hubungannya dengan musik iringan gamelan Reyog. Tentu saja ada koordinasi dengan tata gerak tari sehingga akan sinkron dan muncul menjadi sebuah sajian pertunjukan yang ditampilkan. Jika keduanya sudah maksimal, kemudian yen dirasake ngresepake ati. Hal ini menjadikan para penonton dan penikmat seni lainnya merasakan marem ketika melihat. Marem disini tidak hanya sebatas senang, tetapi lebih merasakan subuah kebanggaan dan rasa takjub ketika melihat komposisi sajian tari Reyog yang istimewa. Dengan begitu, ada rasa memiliki dan mencintai untuk selalu menjaga kelestarian kesenian ini.

Selanjutnya, antara etika dan estetika ini suatu hal yang tidak bisa tepisah dan mengambil peranan yang sangat penting dalam nafas Reyog. Etika akan mengatur atau menjadi pengendali kemana dan bagaimana Reyog ini akan melangkah tetap dalam koridor yang sebagaimana mestinya. Selain itu juga mengatur pelaku seni didalamnya sehingga melahirkan para generasi yang tangguh, beradab serta berkarakter. Kemudian estetika adalah menjadi daya tarik Reyog sebagai suatu karya seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. 

Estetika juga menjadi pengobar semangat dimana para pelaku seni harus lebih berusaha meningkatkan kreatifitasnya sehingga tetap menjaga eksistensi Reyog didunia pertunjukkan. Dengan kedua hal ini, Reyog akan menjadi karya seni yang memenuhi komposisi dari sebuah tontonan dan tuntunan.

Reyog Ponorogo, salah satu bentuk kesenian rakyat asli Ponorgo dari Propinsi Jawa Timur yang selalu menarik perhatian untuk dibicarakan dan dikaji dalam dunia pertunjukan rakyat di Indonesia. Pembahasan dan penelitian dari sudut pandang seni, antropologi maupun lainnya telah dilakukan oleh para peneliti dan penulis. Namun kekhasan, keunikan dan berbagai elemen yang mendukung pertunjukan tersebut selalu menarik untuk diteliti dari berbagai perspektif. Mulai dari sisi asal usulnya yang ada berbagai versi dengan masing-masing masyarakat pendukungnya, fungsi Reyog dimasa dahulu dan dimasa sekarang, serta etika maupun estetika yang terkadung didalamnya. Semua aspek bersinergi untuk melestarikan Reyog sebuah tontonan maupun tuntunan bagi masyarakat khususnya Ponorogo dan dimanapun berada. Sura Dira Jayaningrat, Lebur dening Pangastuti. Rahayu . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun