Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hari Berkabung Uang Digital di Hari Listrik Padam

5 Agustus 2019   22:09 Diperbarui: 6 Agustus 2019   09:43 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski punya e-money tapi tak kan berfungsi kalau listrik dan sinyal padam. Meski ada mesin Electronic Data Capture (EDC), karcis tetap dibutuhkan ketika listrik dan sinyal padam. Sepertinya, tak ada satu hal yang mampu menggantikan hal lain sepenuhnya. Karena itu, kita harus tetap siaga dengan uang tunai. Foto: isson khairul

Listrik dan Sinyal Padam 

Dari Halte Pertanian, saya menuju Halte Sudirman II dengan Transjakarta. Halte ini terintegrasi dengan Halte Sudirman I, jadi saya tidak perlu membayar ongkos lagi ketika pindah rute. Saya kemudian naik Transjakarta menuju Halte Jakarta Kota, dari Halte Sudirman I. 

Dari dalam Transjakarta, saya melihat pintu masuk Halte MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI) ditutup. Artinya, listrik masih padam. MRT tidak beroperasi.

Keluar dari Halte Jakarta Kota, sinyal di ponsel saya masih padam. Maka, saya tidak bisa mengorder Go-Jek. Otomatis e-money Gopay yang saya miliki, tidak bisa digunakan. 

Saya pun pakai bajaj ke tempat tujuan, dengan membayar tunai. Selesai urusan, saya kembali pakai bajaj dan membayar dengan uang tunai, menuju Halte Jembatan Merah di Jl. Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Di halte ini, petugas loket tidak berada dalam loket. Ia berdiri di depan mesin gate-in dan gate-out sembari menggenggam segepok karcis. Saya pun membayar dengan uang tunai, ia memberi saya karcis. Sekali lagi, untunglah ada karcis. Dari Halte Jembatan Merah, saya naik Transjakarta menuju Halte Flyover Raya Bogor, tak jauh dari Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Dalam perjalanan, saya mendengar gerutuan penumpang, karena ia tidak bisa mengontak temannya untuk bikin janji. Listrik padam, sinyal pun padam. Ia dan temannya mau ke Bandung, tapi tidak bisa menyepakati titik-temu di Terminal Bus Kampung Rambutan. Dalam hati saya bergumam, untung mau janjian dengan teman. Apa jadinya kalau mau janjian dengan pacar. Weleh-weleh.

Listrik oh listrik. Sinyal oh sinyal. Ada lagi penumpang yang berteriak-teriak karena jengkel dengan sinyal. Ia melihat ada tanda sinyal di ponselnya, tapi pesan WhatsApp tidak terkirim.

Ia mencoba menelepon, tapi tidak nyambung. Dengan jengkel, ia berteriak-teriak dalam Transjakarta, seakan-akan tengah bicara dengan seseorang entah di mana. Waktu saya tanya, bisa nyambung? Ia menggeleng. Sekadar melepas jengkel saja, sahutnya kemudian.

Turun di Halte Flyover Raya Bogor, ada keributan kecil. Penumpang tidak bisa keluar dari gate-out, karena listrik padam dan sinyal padam. Pintu darurat pun tertutup. 

Petugas tak ada, entah di mana. Akhirnya, penumpang keluar gate-out dengan cara berjongkok. Saya jadi ingat permainan Ular Naga di masa kanak-kanak. Padamnya listrik dan sinyal telah mengembalikan orang dewasa ke masa kanak-kanak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun