Mohon tunggu...
Isro Ayyubi Rambe
Isro Ayyubi Rambe Mohon Tunggu... Editor - Kerja di Tambang

Seorang yang masih banyak belajar dan terus mencari ide-ide untuk menciptakan kegiatan yang positif dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepenggal Catatan Solo Touring ke Sumatera Bagian I

28 Agustus 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:15 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Catatan lama ketika saya melakukan solo touring ke Sumatera, banyak hal yang bisa saya dapatkan dari pengalaman ini, spritual, ketika bisa semakin dengan Tuhan, memperbanyak saudara dan sahabat, lebih mengenal daerah, kuliner dan adat istiadat di masing-masing daerah dan banyak lagi. coba saya tulis dalam beberapa bagian..Keep Brotherhood ...

9 Mei 2007

Adzan subuh baru saja selesai berkumandang, mengajak ummat manusia untuk segera bergegas menunaikan kewajibannya untuk menghadap kepada Sang Maha Pencipta Nya, bermunajat dan memohon kebaikan untuk hari ini. Begitu juga dengan diriku segera kutunaikan kewajiban, sungguh sejuk udara pagi ini. Air keran yang kunyalakan untuk mengambul air wudhu’ menambah semangat di jiwaku.

Perkenalkan namuku Isro’ lengkapnya Isro’ Ayyubi Rambe. Pagi ini aku akan memulai petualanganku bersama motor kesayanganku “Black Thundie Bolt SuperTouring”. Hahaha mungkin kalian pada heran kok nama motor panjang banget sih.., ya Motor ini adalah motor kesayanganku. Motot keluaran Suzuki ini aslinya bernama Thunder 125 CC, jenis sport, namun untuk bisa menemaniku melakukan penjelajahan motor ini sedikitku modifikasi dengan gaya motor touring.

Jam sudah menunjukkan pukul 5.30, aku sudah bersiap untuk memulai perjalananku yang pertama, yups aku akan memulai “solo touring’ ku ke Pulau Sumatera. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk kebutuhan solo touring ini, jacket, rompi, helm full face merek ‘INK’ yang baru aku beli semalam, sarung tangan kulit, dan sepatu touring. Sedangkan di box belakang motorku sudah terisi dengan baju ganti selama perjalanan touring, sedangkan di sidebag kanan dan kiri lengkap dengan peralatan lainnya. Motor sudah kupanaskan, jacket, helm lengkap dengan balack cava juga sudah kupakai, sarung tangan dan sepatu touring sudah ready. Yups aku sudah berangkat. Sumatera I’m coming…!

Rute I Kebagusan – Tangerang

Motor sudah kupacu melintasi jalananan ibu kota, rute pertamaku adalah Kebagusan menuju Tangerang – Banten. Jalanan masih relatif sepi, ketika motor kupacu melintasi jalanan TB. Simatupang menuju Pasar Kebayoran lama. Memasuki wilayah pasar kondisi jalanan sudah mulai ramai, ku pelankan laju motorku. Sehabis masuk pasar kebayoran lama aku terus menuju Cileduk, jujur jalur ini sebenarnya masih awam bagiku, karena memang jarang dilewati, namun berbekal tanda arah disetiap sudut jalan sangat membantu dalam menentukan arah laju motorku.

Jam sudah menunjukan pukul 6.30, aku sudah mulai memasuki wilayah Tangerang kota, disini aku sempat memutar tiga kali karena salah jalan, akhirnya kuputuskan menaya polisi lalu lintas yang sedang bertugas pada saat itu. “Pak, ijin, arah ke Serang mana ya?” akhirnya dengan ramha pak polisi itu menunjukkan arah menuju Serang. Setelah mengucapkan terima kasih, kulanjutkan perjalanan motorku hingga masuk daerah Tiga Raksa Tangerang. Di daerah ini aku berhenti sejenak untuk meluruskan kakiku.

Rute II Tiga Raksa – Merak

Setelah istirahat sejenak, kembali kulanjutkan perjalananku menuju Merak –Banten. Perjalanan rute ke dua ini alhamdulillah cukup lancer, jalanan yang relative cukup sepi karena arahku berlawanan dengan arah para pengguna jalan lain yang menuju ke Tangerang kota. Motorku melaju dengan kecepatan sedang 60-70 km/jam, keluar Tiga Raksa, jalanan sedikit merayap, terpaksa laju motorku kutahan hingga 30 km/jam, ada apa gerangan pikirku, setelah merayap kurang lebih 3 km ternyata ada pasar tumpah, mmm nama daerahnya aku lupa, namun tiba-tiba kok ban depan motorku, astaga, bannya kempes. Sambil celingak celinguk, akhirnya kutemukan juga tukang tambal ban disisi sebelah kiri.

Setengah jam berlalu ban motorku sudah selesai ditambal, aku pun langsung melanjutkan perjalananku, kini aku tba di kota Serang ibu kota dari propinsi Banten. Jalanan di kota ini cukup ramai, maklum ini merupakan pusat pemerintahan di propinsi Banten. Aku tidak mampir di kota ini, motor terus aku arahkan menuju Cilegon. Yups aku sudah mulai memasuki kota Cilegon, daerah yang terkenal dengan kawasan industri bajanya. Aku mulai menyisir jalan ditepian pantai, sebelah kiri terbentang selat sunda yang memisahkan antara pulau Jawa dan pulau Sumatera. Tepat menjelang pukul 11.00 siang aku telah tiba di pelabuhan Merak, tanpa mengalami kesulitan kuarahkan langsung sepeda motorku menuju kapal yang akan berangkat.

Rute III Merak – Bakahuni-Tulang Bawang

Sepanjang penyeberangan di selat sunda, alhamdulillah berjalan dengan lancar, walaupun sesekali aku menjadi pusat perhatian para penumpang kapal ferry. Jarak tempuh selama 2 jam diatas laut tidak begitu terasa karena cuaca yang sangat bersahabat kusempatkan mencicipi makanan yang di sajikan para pedagang di dek kapal ferry tersebut. Angin laut yang tenang membawa kapal ini berlayar tanpa hambatan, sesuai dengan hatiku yang tenang dalam memulai perjalan solo touringku ke Pulau Sumatera.

Jam tangan G-Shock jenis Mudman yang kukenakan sudah menunjukkan pukul 14.10, mmm aroma dan suasana Sumatera sudah ada di depan mata, kulihat deretan Bus-Bus Sumatera yang akan meninggalkan Pulau Jawa. Sambil bergegas merapikan perlengkapanku, kusiapkan motor kesayangaku. Brrrruuumm,,,aku sudah siap dengan posisiku untuk lepas landas meninggalkan kapal ferry yang telah membawaku dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera.

Sumatera i’m coming...dengan kecepatan standar 60-70 km/jam kupacu suzuki thunder ku, hamparan hutan dan sesekali perumahan warga menyapaku setelah keluar dari Bakahueni. Sebelum masuk kota pertama di propinsi Lampung ada tanjakan panjang yang mesti aku lewati, disini terkadang banyak bus dan truck yang agak tersendat-sendat menyusuri tanjakan ini, dengan tetap mengedepankan safety first, kulalui satu persatu kendaraan-kendaraan tersebut. Begitu elok pemandangan sepanjang jalan ini, sisi sebelah kiri terhampar pantai dan laut sedangkan disisi sebelah kanan hutan dataran dengan hamparan hutan. Sebelum masuk kota Kalianda aku berhenti sejenak di SPBU yang cukup besar (posisi sebelah kiri) aku mengisi BBM full dan langsung sholat Dzuhur dan Ashar (terpaksa do jama’ karena musafir). Akhirnya dengan jarak tempuh 30 km dari Bakahueni, aku tiba di kota pertama di propinsi Lampung, Kalianda.

Dari kota Kalianda aku terus bergerak membelah jalan raya, hari yang sudah semakin sore memaksaku untuk sedikit menambah laju sepeda motorku. Setelah 30 menit melaju, aku memasuki kota Bandar lampung, namun di ibu kota propinsi ini aku tidak mampir, karena mengingat waktu, bahwa kau harus sudah tiba di Kota Plaembang pukul 21.00 malam. Dari Bandar Lampung aku terus melaju menuju kota berikutnya yaitu kota Bandar Jaya, kondisi jalan yang sedikit berlubang memaksaku untuk mengurangi kecepatanku. Kota Bandar jaya adalah persimpangan bila kita ingin mengambil jalur lintas timur atau lintas tengah. Lintas timur kita akan melewati kota Kecamatan Terbanggi Besar dan terus menuju Tulang Bawang. Sedangkan lintas tengah kita akan Kota Bumi.

Karena ruteku adalah lintas timur, maka aku mengambil jalur ke arah Terbanggi Besar, waktu sudah semakin sore, perutku juga sudah mulai keroncongan, kutepikan sepeda motorku, kuambil GPS dan peta manual yang kuperoleh dari internet (sumber dari Ir. Mulyadi), saat ini posisiku masih sepertiga jalan, dengan target Kota Palembang, maka jarak yang harus aku tempuh ± 465 KM, sedangkan jarak tempuh yang baru aku lalui ± 135 KM. Setelah minum kulanjutkan melanjutkan perjalanku menuju kota berikutnya yaitu Bandar Agung, di kota ini aku juga tidak istirahat, aku terus melaju menuju Tulang Bawang. Dengan target berhenti di tulang bawang kecepatn motorku semakin ku geber, hingga terkadang sampai angka 120 KM/jam, jalan yang dilalui relatif lurus dan bagus sehingga aku bisa tiba di Tulang Bawang sekitar pukul 16.30 sore, akhirnya kuputuskan untuk istirahat dan makan di depan Kantor Bupati Tulang Bawang, mmm kesempatan untuk si thundie istirahat dan mendinginkan mesin pikirku...akupun melahap menu masakan Padang yang sudah tersaji dan dihidangkan. Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun