Yogyakarta, 23 Juni 2025. Upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya keluarga berencana (KB) terus digalakkan. Kali ini, mahasiswa Program Magister Kebidanan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) mengambil langkah nyata melalui kegiatan praktik pemberdayaan masyarakat yang berlangsung di wilayah Kotagede, Yogyakarta. Kegiatan ini terlaksana atas kolaborasi strategis bersama Pimpinan Cabang 'Aisyiyah (PCA) Kotagede dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) setempat.
Fokus utama dari kegiatan ini adalah menggali lebih dalam persoalan Unmet Need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi pada kalangan Pasangan Usia Subur (PUS). Melalui pendekatan partisipatif dan edukatif, para mahasiswa tidak hanya melakukan pengumpulan data lapangan, tetapi juga menyelenggarakan penyuluhan, konseling, serta advokasi berbasis hasil wawancara dengan para perempuan yang menghadapi kendala dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Selama dua pekan, mulai Tanggal 2 hingga 14 Juni 2025, mahasiswa turun langsung ke masyarakat, melakukan observasi dan diskusi terbuka. Lima informan kunci dengan latar belakang beragam, mulai dari ASN, Guru, hingga IRT, memberikan kesaksian terkait pengalaman dan alasan mereka menghentikan pemakaian alat kontrasepsi. Alasan yang paling banyak muncul adalah trauma efek samping, faktor kesehatan, serta pertimbangan keyakinan pribadi dan dukungan pasangan.
“Saya sempat menggunakan suntik tiga bulan, tetapi berhenti karena sering mengalami kenaikan berat badan dan haid tidak teratur. Suami saya juga lebih memilih metode alami,” ungkap Ny. R (37), salah satu informan.
Menurut Perwakilan PCA 'Aisyiyah Kotagede, Dr. Hikmah kegiatan ini memberikan ruang aman bagi perempuan untuk menyuarakan kegelisahan mereka.
“Mahasiswa menghadirkan pendekatan yang komunikatif dan empatik. Banyak ibu yang awalnya ragu, kini mulai terbuka membicarakan pilihan KB mereka,” ujarnya.
Hasil temuan lapangan ini nantinya akan dirumuskan menjadi rekomendasi praktis bagi BKKBN Kotagede dalam menyusun program pelayanan KB yang lebih responsif dan kontekstual. Para mahasiswa juga diwajibkan menyusun laporan akademik serta rencana aksi komunitas yang akan melibatkan pemangku kepentingan lokal, termasuk kader KB dan tokoh masyarakat.
Pembimbing institusi dari UNISA Yogyakarta, Dr. Dhesi Ari Astuti, S.ST.,M.Kes menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata pengintegrasian ilmu dengan realitas sosial.
“Mahasiswa belajar langsung dari masyarakat, bukan sekadar teori. Mereka mendengarkan suara-suara yang selama ini jarang terdengar dalam forum formal,” ujarnya.
Dengan mengedepankan pendekatan humanis dan berbasis bukti, program ini menjadi contoh sinergi antara institusi pendidikan, organisasi perempuan, dan lembaga pemerintah dalam memperkuat kesadaran dan layanan KB yang berkeadilan dan berkelanjutan.