Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Romansa Jilid II

14 Juli 2019   13:55 Diperbarui: 14 Juli 2019   21:22 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay

Lagi-lagi kamu. Ah, Kamu...! Tak sudah-sudah gemas ini. Coba menghadang deras obrolan. Dalam suasana  tipis temaram sinar mentari sore. Bergantian percik senyum kita saling berpendaran.

Tiba-tiba, "wait wait wait !" Begitu cara kamu memutus serunya obrolan. Kini kau ambil alih. Argumenmu adalah gugusan kendali. Setuju atau menyangkal argumenku. Tetapi tetap. Rinai senyum dan kibas gelombang rambutmu sampai dipantai hayalku.

Aku kagum tak karuan. Masa remaja begitu indah. Dalam taman bunga kehidupan. Dipagari bougenville aneka warna. Segala sesuatu begitu cepat. Tiba didepan mata. Semua dalam stempel privilege.

Aku diluar saja. Kau berdiri disebrang gerbang kegemilangan masa. Yang telah berlalu atau nampak di depan mata. Sudah sampai disini saja. Aku undur diri.  Terima kasih. Tapi kau terus saja memanggil dan mengajak ke jeram deras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun