"In this economy" tiba-tiba jadi ungkapan yang sering banget terdengar akhir-akhir ini. Ya, wajar saja--kondisi ekonomi emang sedang tak menentu, bahkan bagi sebagian orang bisa dibilang sangat memprihatinkan.Â
Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sulit, apalagi kebutuhan sekunder atau tersier. Meraup untung dari dunia digital pun tak segampang dulu. Persaingan kian ketat, seketat anggaran Pak Purbaya, yiiihaaa!
Biaya sekolah dan UKT di kampus semakin tinggi dan terasa tidak masuk akal. Tugas pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menekan angka kemiskinan pun terasa semakin jauh dari harapan. Program-program yang seharusnya menolong justru menimbulkan masalah baru.
Ambil contoh, Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang awalnya dimaksudkan untuk menyehatkan anak sekolah malah menimbulkan banyak kasus keracunan. Alih-alih meningkatkan gizi dan kecerdasan anak, program ini justru sarat dengan muatan politik karena melibatkan pejabat sebagai pengelola dan vendor SPPG.
Bertahan hidup dengan apa saja
Di tengah situasi semrawut seperti ini, rakyat kecil hanya bisa berusaha melakukan apa saja demi bertahan hidup. Bukan untuk menumpuk kekayaan seperti anggota parlemen yang menuntut berbagai tunjangan, tapi sekadar agar dapur tetap ngebul.
Sejak pindah dari Bogor ke Lamongan, saya sendiri merasakan gejolak ekonomi yang cukup berat. Dulu, pekerjaan dari blogging masih banyak dan bayaran pun lumayan. Sekarang situasinya jauh berbeda: job semakin jarang, bayarannya kecil, dan pencairannya lama--bahkan bisa dua bulan.
Namun, apa pilihan lain yang kita punya? Mau buka usaha, terkendala modal. Mau kerja kantoran lagi, usia sudah kepala empat. Kalau tak ada ordal, rasanya sulit kan?Â
Akhirnya, yang bisa dilakukan hanyalah mengerjakan apa pun yang bisa menghasilkan uang.Â
1. Blogging
Saya mulai serius menekuni blogging sejak 2015, saat sudah tak lagi punya pekerjaan tetap. Punya blog dengan domain sendiri membuat saya bersemangat menulis dan ikut berbagai lomba.Â
Waktu itu hadiah lomba besar dan bervariatif: ada smartphone, kamera, laptop, bahkan uang puluhan juta pernah saya bawa pulang.