Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suka Duka di Pesantren Mahasiswa

23 Oktober 2022   10:13 Diperbarui: 23 Oktober 2022   10:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah subuh, ada pengajian Bahasa Arab baik nahu maupun sharaf. Banyak mahasiswa yang tertarik belajar Bahasa Arab di pesantren kami. Katanya pembelajarannya menarik dan memang kebanyakan asatid adalah lulusan fakultas bahasa Arab. Bahkan peserta kelas bahasa Arab ini bukan hanya santri pondok, tetapi juga mahasiswa/pelajar dari luar.  Untuk subuh di hari Jumat, sabtu dan Minggu, pengajiannya berupa mendengarkan ceramah yang bersumber dari kitab kuning.

Setelah pengajian, dilanjutkan makan pagi dengan lauk sederhana. Namun terasa nikmat karena perut sudah terasa lapar dan makan bersama-sama dengan santri yang lain. Sebagaimana kebiasaan di pesaantren lainnya, bila ada yang pulang kampung dan kembali membawa oleh-oleh merupakan hal yang dinanti. Kami menyebutnya proyek, entah karena kami kebanyakan mahasiswa sehingga kami menyebutnya  "proyek" untuk makanan yang dibawa teman kami.

Walaupun kondisi pesantren tempat kami lebih mendingan dari kondisi pesantren pada umumnya, namun untuk penyakit kulit sulit di hindari. Rupanya penyakit ini juga dialami beberapa teman, dan kondisi saya diperparah dengan kondisi kulit yang sensitip mudah terkena penyakit kulit. Mungkin karena saya kurang menjaga kebersihan dan juga daya tahan tubuh kurang baik.

Belajar di pesantren memang sangat kondusif untuk membiasakan ibadah sehari-hari. Jadwal yang teratur dan pengkondisian untuk belajar dan beribadah lebih memungkinkan dibandingkan bila di tempat biasa. Kerajinan beribadah di pesantren pada akhirnya luntur juga ketika di rumah, karena tidak ada fihak yang ikut mengontrol kegiatan sehari-hari. Setidaknya setelah mondok, ada ajaran yang teringat dan modal untuk belajar agama secara mandiri dimanapun kita berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun