Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suka Duka di Pesantren Mahasiswa

23 Oktober 2022   10:13 Diperbarui: 23 Oktober 2022   10:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia pesantren memang tidak asing bagi saya. Walaupun saya belum pernah mesantren yang sebenarnya, dalam artian mondok dengan 100%. Tapi saya sering bergaul dengan orang pesantren, entah itu saudara yang mondok atau teman yang pernah mondok. Tapi saya kadang berkunjung ke pesantren tempat menuntut ilmu atau ke pesantren orang yang saya kenal menuntut ilmu agama.

Sejak kecil saya belajar mengaji ke tempat pengajian yang letaknya dekat dengan rumah. Kemudian ketika agak besar, saya belajar ngaji ke tempat yang agak jauh. Kondisi waktu itu masih jarang rumah, dan bila pulang mengaji harus melewati jalan yang gelap bahkan becek. Maka saya pun kadang menginap di tempat guru ngaji dengan teman-teman yang lain.

Kehidupan malam di tempat pengajian memang seru. Masa kecil yang sering dilakukan dengan bermain pun tidak luput dari kehidupan saya ketika akan, sedang atau sesudah mengaji. Sebelum mengaji, sebagai anak kecil saya sering bermain permainan tradisional dengan teman-teman yang ada di  sekitar pengajian. Malamnya saya dan teman-teman mengaji, membaca shalawat atau mengaji yasin di rumah-rumah penduduk di sekitar pengajian.

Ketika usia SMA, kegiatan saya mengaji di pengajian agak jarang bahkan ditinggalkan. Karena kegiatan sekolah begitu padat, baik kegiatan akademik maupun non akademik banyak saya ikuti. Pada akhirnya saya kelelahan dan memutuskan untuk tidak mengaji di pengajian.

Setelah saya selesai SMA, saya diajak kakak kelas untuk kuliah di kota lain. Untuk menghemat biaya, saya ikut mondok di pesantren mahasiswa yang sama dengan kakak kelas saya. Di pesantren mahasiswa ini, saya hanya belajar agama ketika magrib, isya, dan subuh. Paginya saya berangkat kuliah sampai sore. 

Fasilitas pesantren ini cukup baik, dengan setiap kamar maksimal tiga orang dan tempat tidur yang nyaman. Makan disediakan oleh pesantren tiga kali sehari, pagi, siang dan malam. Saya hanya membayar uang makan dan pendidikan selama 30 hari, serta membayar uang bangunan hanya sekali selama tinggal di sana. Lama saya terpikir bahwa uang yang dikelola oleh pesantren begitu terbatas, tetapi pesantren masih bisa berjalan dengan baik.

Dari pagi sampai sore saya kuliah dengan segala kesibukannya. Menjelang magrib, saya bersiap shalat magrib dan mengaji dengan mendengarkan ceramah asatid. Ustadz memberikan ceramah dengan membaca kitab kuning, dan santri mendengarkan sambil memperhatikan tulisan kitab kuning yang dipegang. Sering kali karena capek atau juga godaan mengaji lebih besar, santri seperti saya lebih sering mengantuk dan baru sadar setelah pengajian selesai. 

Seorang asatid memberikan pembelaan terhadap kondisi mustami (pendengar) yang sering mengantuk apabila mendengar pengajian, yaitu saat mengaji turun rahmat (ketenangan) sehingga mustami mengantuk. Dan anehnya bila pengajian selesai, mata kembali segar dan jauh dari kantuk.

Dari pengajian yang saya ikuti, saya merasakan kekuatan hati untuk menjalani kehidupan. Pengajaran akhlak memberikan motivasi dalam menghadapi kuliah dan tugas-tugas yang sulit ketika di kampus. Ajakan-ajakan yang kurang bermanfaat dapat dihindari dengan mengikuti nasehat-nasehat dan pengajian yang didapat di pesantren.

Setelah shalat isya, kami ikuti lagi pengajian dengan ustadz yang berbeda, dan saat itulah saat yang berbahagia karena mendekati jadwal makan. Setelah pengajian kami makan malam bersama-sama di tempat yang disediakan secara lesehan. Kegiatan makan malam tentunya sangat kami tunggu, karena untuk usia kami yang masih muda kegiatan makan sangat dibutuhkan.

Setelah makan malam, kami mengobrol dan melakukan aktifitas lain yang kami butuhkan. Ada yang keluar untuk melanjutkan aktifitas kampus, ada pula yang tetap di pondok untuk belajar, mengerjakan tugas atau sekedar ngobrol untuk diskusi. Kemudian tidur dan dilanjutkan dengan aktifitas shalat subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun