Program ini digagas langsung oleh Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah Ibu Dr. Winarti, M.Pd. bersama jajarannya. Ia menyampaikan bahwa program ini bukan hanya rutinitas keagamaan biasa, tetapi bagian dari strategi pendidikan spiritual yang melekat dengan visi misi fakultas. “Kami ingin FITK tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi rumah bagi para penghafal Al-Qur’an. Program ini adalah ikhtiar kita bersama,” jelas beliau dalam sambutannya saat peluncuran perdana program ini, awal tahun 2025 lalu.
Yang menarik, Program Khataman FITK ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali, dengan waktu yang beriringan dengan kegiatan internal fakultas, seperti pembinaan dosen, rapat rutin, atau agenda akademik lainnya. Dengan kata lain, momentum ini dimanfaatkan sebagai ajang spiritual bersama di tengah padatnya agenda kampus.
Biasanya, kegiatan khataman dilaksanakan di awal bulan atau setelah agenda resmi fakultas selesai. Para dosen, tendik (tenaga kependidikan), dan beberapa mahasiswa ikut terlibat dalam rangkaian kegiatan yang diisi dengan tadarus berjamaah, doa khatmil Qur’an, serta tausiah ringan. “Kami sengaja tidak membuatnya terlalu formal, agar semua pihak merasa nyaman dan tidak terbebani. Yang penting, kita punya kebiasaan yang konsisten,” ungkap salah satu panitia pelaksana.
Lebih dari sekadar membaca, program ini mengandung semangat untuk menumbuhkan dan memperkuat budaya hafalan Al-Qur’an di lingkungan FITK. Menurut Wakil Dekan III Ibu Dr. Winarti, M.Pd., program khataman ini menjadi gerbang awal untuk membentuk komunitas-komunitas penghafal Qur’an di masing-masing prodi.
“Target besar kami adalah mengumpulkan para hafidz dan hafidzah di FITK, membina mereka, dan mendorong yang belum memulai untuk ikut berproses. InsyaAllah, kalau ini terus berlangsung, dalam waktu lima tahun ke depan FITK bisa jadi fakultas dengan ekosistem penghafal Qur’an terbanyak,” tegas beliau optimistis.
Program ini juga disambut positif oleh para mahasiswa. Fadhilatul Khusain, mahasiswi Prodi PBA semester 6, mengaku merasa lebih termotivasi untuk melanjutkan hafalannya. “Biasanya kan kita ngaji sendiri-sendiri. Tapi sejak ada kegiatan ini, rasanya semangat lebih hidup. Apalagi bisa bareng dosen dan teman-teman,” ujarnya.
Di tengah tuntutan akademik yang semakin tinggi, menjaga keseimbangan antara ilmu duniawi dan ruhiyah bukan perkara mudah. Di sinilah program seperti Khataman FITK menjadi penting. Ia bukan sekadar kegiatan tambahan, melainkan pilar identitas yang menyatukan semua elemen fakultas di bawah satu semangat: mencintai dan memuliakan Al-Qur’an.
Program ini tidak hanya menyasar para mahasiswa, tetapi juga dosen dan tenaga kependidikan. Menurut laporan internal fakultas, hampir semua dosen tetap telah mengikuti minimal satu kali kegiatan khataman dalam tiga bulan terakhir. Beberapa bahkan terlibat aktif sebagai pembaca tadarus atau pembina kelompok kecil tilawah. “Ini bukan soal seberapa banyak hafalan kita, tapi seberapa konsisten kita mendekat pada Qur’an,” ucap salah satu dosen senior dengan penuh haru saat menutup salah satu sesi tadarus.
Dengan lahirnya Program Khataman ini, FITK semakin menegaskan posisinya sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga mencetak lulusan yang Qur’ani, berakhlak, dan siap mengabdi kepada masyarakat.
Selain itu, pihak fakultas juga membuat program PKTQ yang akan mengembangkan program ini menjadi lebih terstruktur.program ini merupakan komunitas untuk mahasiswa yang fokus pada hafalan, muraja’ah, dan kajian tafsir. Bahkan, beberapa prodi telah memasukkan kegiatan tadarus dan tahfidz sebagai bagian dari program pendamping mata kuliah keagamaan.