Mohon tunggu...
Dian Farida Ismyama
Dian Farida Ismyama Mohon Tunggu... Apoteker - Ibu 3 anak, Pharmacist, Parenting and Lifestyle Blogger

Ibu 2 anak, Pharmacist, Parenting and Lifestyle Blogger di www.ismyama.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebahagiaan dan Rasa Syukur

14 Juli 2017   12:19 Diperbarui: 14 Juli 2017   12:27 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bunda: "Nak, Bunda kasih tahu ya, bahwa sukses itu terjadi jika mimpimu lebih besar daripada alasanmu. Dan sukses menurut Bunda, adalah ketika bisa bermanfaat buat orang lain, bisa membantu orang lain, bisa membahagiakan orang lain.

Konsep ini mungkin belum kamu pahami Nak, tapi percayalah, kalau kebahagiaan diri sendiri yang dicari, niscaya nggak akan pernah puas. Maka berikanlah kebahagiaan untuk orang lain, buat orang yang butuh. Rasanya beda lho, ketika kita melihat mata orang lain berbinar, dan mereka tersenyum karena yang sudah kita lakukan."

Kakak Najla: " Bunda ngomong apa to?"

Bunda:" Wkkka, ini lho, semoga minggu depan, Bapak dan Ibu Dosen bisa membuat Bunda tersenyum saat tupsis.":) Aamiin

Saya  lagi mendalami nih, esensi dari kebahagiaan. Pernah ada suatu masa, hati saya membuncah gembira sekali, yaitu saat edukasi dan konsultasi obat yang saya berikan ke pasien bermanfaat, hingga pasien tersebut ingin bertemu saya lagi, mengucapkan terimakasih, bahkan mau mengubah pola hidup dan pola penggunaan obatnya yang tidak benar (antibiotik terutama). 

Perasaan gembira ini datang begitu saja, tiba-tiba, dan rasanya damai sekali. Pernah kah teman-teman merasakannya? Coba diingat-ingat, kapan terakhir kali menolong orang yang kesusahan? Entah teman kantor yang sedang hamil lalu kesulitan mengangkat dokumen-dokumen yang berat misalnya, atau memberi makan janda-janda tua yang tidak mampu di sekitar rumah. Bahkan hal simpel seperti menolong anak memakai sepatunya. Semua contoh tersebut bermuara kepada memberi pertolongan, maka teman-teman akan merasakan kebahagiaan.

Ada satu lagi konsep kebahagiaan, rumus kebahagiaan, yaitu rasa syukur. Kesannya memang teoritis banget, bahkan saya yakin sebagian besar dari kita sudah pernah mendengar konsep ini. Allah pun menyebutkannya pada Al Qur'an: Ibrahim ayat 7, bahwa Allah akan menambah nikmat hamba-Nya yang bersyukur. Bagaimana cara bersyukur? Setidaknya ada beberapa cara, yaitu meyakini bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah, senantiasa bertahmid baik saat mendapat nikmat atau mendapat sesuatu yang tidak menyenangkan, dan menggunakan nikmat tersebut untuk menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Kali ini saya akan coba membahas yang ketiga.

Salah satu bentuk syukur adalah dengan merawat dan menjaga nikmat yang Allah amanahkan ke teman-teman. Entah itu nikmat kesehatan, nikmat amanah anak, nikmat pekerjaan, bisnis, nikmat memiliki pertemanan dan orangtua yang baik, dan sebagainya. Saya kenal beberapa orangtua dari anak berkebutuhan khusus. Kalau boleh saya bilang, pada awalnya, pasti sulit bagi mereka untuk menerima keadaan anaknya. 

Boro-boro bersyukur, yang ada mungkin rasa marah, kecewa, kesal dan rasanya ingin lari saja. Kalau mereka mau, bahkan bisa saja mereka meninggalkan anak-anak istimewa tersebut ke panti asuhan, atau agar diurus orangtua di kampung, mereka tinggal transfer uang saja. Tapi nyatanya tidak begitu kan? Padahal mereka tahu bahwa mengurus anak berkebutuhan khusus itu tidak mudah, dan mereka (teman-teman saya) berani mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Itu adalah salah satu wujud rasa syukur telah diamanahkan seorang anak. Alih-alih meninggalkan, pilihan untuk tetap merawat adalah keputusan terbaik sebagai wujud rasa syukur.

Bagaimana dengan contoh kesehatan badan? Bersyukur dapat teman-teman lakukan dengan cara menjaga badan dari hal-hal yang dilarang Allah, seperti merusak badan dengan rokok, alkohol, makanan tidak halal, atau begadang yang tidak jelas. Tubuh teman-teman berhak mendapat perawatan terbaik dari si empunya tubuh. Sama halnya dengan pekerjaan, berikanlah yang terbaik di tempat kerja. 

Bekerja seoptimal mungkin adalah cara bersyukur sudah mendapat pekerjaan yang baik. Jika teman-teman berpikir untuk resign, berikanlah usaha terbaik teman-teman dalam menyelesaikan pekerjaan sebelum resign, bukan sebaliknya malah malas-malasan dan sengaja bikin ulah/kesalahan biar cepat-cepat di ACC resign -nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun