Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tunas Cinta Sang Bunda

10 Juli 2020   22:07 Diperbarui: 10 Juli 2020   21:55 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi

" Yup... Selesai..."
Suaraku sambil menjetikkan jari tengah dan jempol kiri ku, kemudian menghasilkan bunyi petikan yang terdengar sempurna di telingaku.

Aku mengamati kembali barang bawaanku, sebuah ransel gunung berwarna hitam, yang isinya pakaian seragam pramuka kebanggaanku, pakaian santai, pakaian olahraga, perlengkapan shalat, perlengkapan mandi, perlengkapan makan dan sedikit perlengkapan kosmetik sederhana.

Andaikan saja ranselnya bisa bicara, pasti akan berteriak meronta tidak sanggup terpaksa menampung semua barang bawaanku yang banyak, padahal kegiatan perkemahan Pramuka Lomba Tingkat ( LT ) ke VI, Penggalang se Kwarcab Aceh Besar, di Bumi Perkemahan Jantho, yang merupakan ibukota dari Kabupaten Aceh Besar, dalam waktu hanya satu minggu, tapi kenapa bisa barang bawaan ku kelihatan begitu banyak.

Aku berharap dengan bawaan aku yang lengkap ini, aku tidak merasa kekurangan di acara perkemahan nanti, dalam jangka waktu satu minggu kedepan.

" Bundaaaaaaa...." Panggil aku dengan volume suara sedikit besar, sementara aku tahu, tak wajar jika aku memanggil ibunda kesayangan dengan setengah berteriak seperti ini, tapi kebiasaanku ini agak susah aku rubah, atau memang aku tak berniat untuk merubahnya.

" Ada apa nak..?" Suara bunda panik, bunda sudah berdiri di pintu kamarku, dengan pisau dapur di tangannya.

 " Mana kecoa nya? " kata bunda kemudian, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kamarku.

 " Hi.. Hi.. Hi.." Aku tertawa cekikan melihat gelagat bundaku. Bunda mengira aku menjerit karena ada kecoa, aku memang geli jika melihat kecoa, dan biasanya akan meloncat loncat ketakutan sambil berteriak memanggil bunda.

Tapi kali ini aku memanggil bunda bukan karena ada kecoa, tapi aku ingin memperlihatkan gaya aku saat memakai seragam pramuka lengkap dengan atribut kepanduan melekat di seragamku.

" Jangan bunuh Cindy Bunda, simpan dulu pisau nya" candaku pada wanita yang sudah berumur kepala tiga dan masih cantik itu.

Sepeninggal almarhum ayah tiga tahun yang lalu, bunda tak mau menikah lagi, bunda memilih merawat aku, gadis belasan tahun ini sendiri, dengan penuh kasih sayang seorang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun