Mohon tunggu...
Isma Mufida
Isma Mufida Mohon Tunggu... Guru - Semua ditulis hanya berdasarkan kejadian nyata. Jika nantinya takdir tak mengizinkan kita hidup bersama, izinkan aku tetap mencintaimu melalui tulisanku :)

Allah, Orangtua, Keluarga, Sahabat, dan dia ❤

Selanjutnya

Tutup

Puisi

28 Februari 1999

30 Januari 2018   06:33 Diperbarui: 30 Januari 2018   07:07 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ayah, sosok yang tak mengenal kata lelah. Perkenalkan. Ini ayahku. Lelaki yang menjadi cinta pertamaku. Lelaki yang mengajariku ini itu. Lelaki yang dengan ikhlas menjagaku. Dan lelaki pertama yang tak rela melihatku terjatuh. Ayah, maafkan aku. Mungkin, sekarang ini jarang kuluangkan waktu untuk sekedar berbicara denganmu, karena kesibukanku yang begitu mengganggu. Atau keberadaanku yang kini jauh dari mu. Ayah.. kini satu demi satu uban mulai mengganti indahnya rambut hitammu. 

Dan hal itu semakin melukiskan kesedihan dihatiku. Semoga, Allah slalu memanjangkan usiamu dan ibu. Aku slalu menyayangimu. Selamat hari ayah! Karena setiap hari, adalah hari untuk slalu berterimakasih pada ayah bagiku. Terimakasih, karena 28 Februari 1999 aku resmi menjadi sebagian kebahagiaan dari kau dan ibu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun