Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Selamatkan Pegunungan Kapur, Selamatkan Petani Rembang

24 Desember 2016   11:04 Diperbarui: 24 Desember 2016   15:26 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sembilan Petani Rembang demo didepan Istana Negara (foto:www.vivanews.co.id)

Setiap kali melakukan perjalanan darat ke Palopo saya usahakan menyempatkan memandang barisan pegunungan Karst yang membentang panjang dari Maros hingga Pangkep. 

Saya menerka ada apa di balik jejeran karst yang berwarna putih? Waktu kuliah pengetahuan hanya sebatas bahwa di sana terdapat gua-gua prasejarah, awal muasal manusia Bugis melukis sebuah kebudyaan yang sangat sederhana. Pegunungan Karst di Maros yang terbesar kedua di dunia.

Memang benar, di sana banyak dijumpai artefak sejarah masa silam. Ketika manusia menjadikan gua sebagia hunian nyaman. Ribuan tahun kemudian ketika umat manusia membanjiri planet hijau ini, kebutuhan papan mendesak manusia membangun koloni dengan mengerus sisa peninggalan zaman prasejarah, batuan kapur (Karst). Dan sejarah pabrik semen pun dimulai.

Keindahan Rammang Rammang, surga tersembunyi di balik bukit Karst (http://4.bp.blogspot.com/)
Keindahan Rammang Rammang, surga tersembunyi di balik bukit Karst (http://4.bp.blogspot.com/)
Karst di Sulsel memang masih berdiri tegak, di sana Rammang Rammang memesona banyak orang terhampar, di sana gua-gua prasejarah masih awet melintas ribuan tahun, di sana air terjun Bantimurung terus memancurkan berjuta kubik air. Namun sampai kapan semua tetap hadir, di sana kini telah hadir 3 pabrik semen yang pelan pelan menggerogoti keindahan barisan Karst.

Petani Rembang

Mungkin nasib Karst di Maros sampai Pangkep tetap terjaga, sepanjang pemilik modal dan pemerintah menjaga amanat undang-undang. Berbanding terbalik dengan nasib yang dialami petani di Rembang Tengah, mereka dipaksa beradu kuat dengan pemilik modal. 

Sengketa berawal dari proyek Semen Indonesia di pegunungan Kendeng, Kab. Rembang tahun 2012. Lahan-lahan pertanian yang memberi penghidupan menunggu lonceng kematian. Pemilik modal boleh berdalih, telah menyiapkan berhektar-hektar lahan buat penghijaun, apakah pohon-pohon bisa tumbuh dalam hitungan bulan?!

Karst sekilas gersang, namun di baliknya Karst menjadi benteng kehidupan petani. Di bawah tanah-tanah Karst yang gersang terdapat mata air yang tak habis. Air itu yg mengaliri persawahan dan memberi mereka padi-padi yang menguning. 

Sepanjang padi tetap menguning maka mereka akan setia dengan gemercik kehidupan desa, maka urbanisasi yang membuat pusing para walikota bisa dicegah. Konflik ini memasuki babak baru di mana Mahkamah Agung telah mengabulkan PK para petani dan LSM Walhi. Dan seperti biasanya pihak perusahaan belum menghentikan proyek semen tersebut, mereka hanya mencoba memperbaiki izin lingkungan hidup.

Karst juga rumah bagi banyak kelelawar yang menjadi musuh hama. Petani tidak perlu menghambur banyak pestisida yang kemudian mereka jual ke kota kota, dimakan dan membuat kerja pencernaan semakin berat. Ketika banyak negara berupaya mengurangi produksi semen, kita justru makin bernafsu menggasak sumber daya yang ada. Dan ketika terlambat, anak cucu kita dipaksa mengimpor dari luar.

Semen Berlimpah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun