Mohon tunggu...
Islachul Imam
Islachul Imam Mohon Tunggu... Guru - Penulis Lepas dan blogger

Menyampaikan realita yang sesuai fakta dari sisi dunia pendidikan dan akar rumput.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Awal Kisah Oligarki di Sebuah Desa

25 Oktober 2022   14:13 Diperbarui: 25 Oktober 2022   14:25 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: beritamagelang.id

Tersebutlah sebuah desa di sebuah kaki gunung salah satu gunung terbesar di di provinsi itu. Jauh dari hingar bingar keramaian kota, karena untuk akses ke kota membutuhkan waktu yang sedikit lama. Namun meski begitu desa tersebut bisa dikatakan sudah lebih maju daripada yang lain. 

Dibalik itu semua desa tersebut ternyata menancapkan oligarki yang begitu kuat, dimana dalam pemerintahan desanya semuanya termasuk anggota keluarga dan kerabat. Hal itu terjadi sudah lama, flashback ke beberapa tahun-tahun yang sebelumnya. Saat itu akan diselenggarakan pilkades, tapi banyak warga di desa itu enggaan dan tidak mau daftar. 

Hingga ada sesorang yang memberanikan diri daftar, tetapi setelah hampir penutupan pendaftaran dia tidak mendapat calon lawan, sehingga pendaftaraan di undur-undur terus. Panitia bimbang dan dia juga bimbang. 

Akhirnya dia dan pihak panitia rembugan untuk memunculkan calon bayangan sebagai lawan dan akhirnya di pilih adiknya sang calon tadi. Hingga akhirnya panitia menetapkan calon kades dua orang itu, kakak beradik maju tapi yang adiknya hanya sebagai "unthul" atau bayangan agar pilkades berjalan lancar. Akhirnya tiba saat pemilihan dan ternyata tanpa disangka-sangka yang menang adalah sang adik.  

Karena sang adik merasa tidak enak dikarenakan dia hanya unthul dan semua pendaftaran yang nanggung sang kakak, akhirnya setelah dia terpilih dia membuka lowongan perangkat desa baru dengan memasukkan kakaknya sebagai calonnya dan istri kakaknya sebagai bayangan. 

Dan akhirnya sang kakak jadi perangkat desa. Kemudian sang adik yang jadi kades juga melakukan rollingan perangkat desa, yang tadinya kakaknya hanya menjabat kaur umum di naikkan pangkatnya menjadi sekdes dengan alasan sekdes lama sudah tua. 

Dan kejadian itu tidak berhenti sampai disitu, setiap ada perangkat desa yang purna tugas, si adik tadi selalu memasukkan anggota keluarganya menjadi perangkat desa, hingga pada suatu masa isi balai desa dari kades dan perangkat-perangkat desanya bahkan sampai anggota staf-staf kebersihan, penjaga balai dan yang lain adalah anggota keluarga besar si kades. 

Dan bisa diartikan sudah menjadi semi monarki dengan rupa oligarki yang parah. Setiap ada kegiatan desa itu yang ngurusi dan jadi panitia hanya orang-orang dari anggota keluarga itu, walaupun melibatkan orang lain itu pun kalau dalam kategori teman, kerabat atau tetangga yang sangat dekat dengan keluarga tersebut. Bahkan sampai tingkat penyelenggaraan pemilu yang ada di TPS-TPS itu anggotanya juga merupakan lingkaran oligarki. 

Dan setiap ada pilkades yang maju ya hanya dari anggota keluarga itu semua dan lawannya pun juga dari anggota keluarga itu juga. Tanpa ada persaingan sehat. Misalpun ada calon dari luar selalu kalah karena oligarki sudah menancapkan kukunya sejak lama. 

Dan tanpa disadari itu awalnya dulu juga karena kesalahan warga sendiri, yang pada saat-saat awal terbentuknya oligarki itu tidak ada yang mau maju jadi calon kades untuk menjadikan pilkades waktu itu menjadi pilkades yang benar-benar sehat dan seru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun