Mohon tunggu...
Iskhaq maulana
Iskhaq maulana Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Perkenalkan saya iskhaq maulana umur 20 tahun dan masih duduk di bangku kuliah semester 6. sejak perkuliahan saya mulai tertarik untuk menulis namun ada beberapa kendala sehingga saya belum bisa mengembangkan keinginan diri saya. Saya memiliki hobi belajar hal baru dan membaca selain itu saya juga suka dengan hal baru seperti teknologi dan juga desain.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Rendahnya Minat Masyarakat Indonesia Terhadap Konsumsi Daging Ayam Beku

23 Maret 2023   06:23 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:30 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, daging ayam segar yang diperjualbelikan di pasar tradisional berasal dari rumah potong hewan unggas tradisional. Rumah potong hewan unggas tradisional masih menggunakan alat tradisional dan penanganan karkas masih dilantai atau dimeja sehingga kebersihannya kurang terjaga (Nurjanah et al., 2021). 

Daging beku memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan daging segar karena disimpan dalam suhu dingin. Daging segar yang beredar di pasar tradisional berada pada suhu ruangan yang rentan terhadap kontaminasi mikroba dibandingkan dengan daging beku yang disimpan dalam suhu dingin maka mikroba tidak dapat berkembang. 

Gizi yang terkandung di dalam daging beku dan daging segar memiliki kualitas yang hampir sama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triyannanto et al. (2021) menunjukkan bahwa daging beku yang dikemas dengan ketebalan yang berbeda pada umur simpan 30 hari memiliki kadar protein rata-rata yaitu 18.9% sementara itu menurut Ristanti et al. 

(2017) daging ayam segar yang diperoleh di pasar tradisional yang disimpan selama 6 jam kadar protein menjadi 19.66%. Berdasarkan hasil uraian diatas menunjukkan bahwa kadar protein daging beku lebih baik karena ketika disimpan pada umur 30 hari hampir sama dengan daging segar yang hanya disimpan pada umur 6 jam.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sebenarnya daging beku memiliki kualitas yang baik tidak seperti stigma masyarakat yang menganggap bahwa daging beku adalah daging sisa. Selain itu daging memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda daripada daging segar yang ditunjukkan dengan kandungan protein yang ada di dalamnya. 

Pengetahuan masyarakat terkait pemilihan daging ayam yang baik sangat diperlukan terlebih lagi hal ini menjadi dasar pertimbangan bagi masyarakat dan juga konsumen untuk memilih dan membeli daging ayam. Konsumen daging ayam diIndonesia memandang bahwa kesegaran daging ayam sebagai atribut terpenting yang berkaitan dengan kualitas daging ayam tersebut (Indrawan et al.2021). 


Daging beku dapat menjadi pilihan masyarakat ketika ingin menyetok daging dirumah karena daging beku memiliki umur simpan yang cukup lama dibandingkan dengan daging segar. Fakta  lain  yaitu di era new normal sekarang ini, masyarakat dituntut untuk memasak makanan yang praktis,  dan dapat disimpan lebih lama sehingga ibu-ibu tidak perlu berbelanja ke pasar setiap hari, selain itu dibekukannya daging ayam dapat mengurangi jumlah kerugian peternak yang dagangannya tidak habis pada hari yang sama.

Sumber :

Indrawan, D., Christy, A., Hogeveen, H. 2021. Improving poultry meat and sales channels toad dress food safety concerns : consumers’ preferences on poultry meat attributes. British Food Journal. 123 (13), 529-546, doi: 10.1108/BFJ-04-2021-0362

Nurjanah, S., Rahayu, W.P. and Najib, R.N., 2021. Evaluasi Penerapan Good Manufacturing Practice dan Sanitation Standard Operating Procedure pada Rumah Pemotongan Hewan Unggas di Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 26(1): 60-68.

Ristanti, E.W., Kismiati, S. and Harjanti, D.W., 2017. Pengaruh lama pemaparan pada suhu ruang terhadap total bakteri, ph dan kandungan protein daging ayam di pasar tradisional Kabupaten Semarang. Berkala Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian, 35(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun