Pada gelombang pertama yang diadakan di pertengahan tahun ajaran pertama, mereka mengikuti ujian untuk mata pelajaran umum dan beberapa pelajaran bahasa Arab. Mereka harus membaca semua buku dari kelas satu karena pertanyaan diambil dari semua tingkatan secara acak. Jumlah soalnya pun lebih banyak, sehingga waktu yang diberikan untuk satu pelajaran berlipat.
Ujian untuk kelas enam diadakan sebelum ujian untuk santri-santri kelas di bawahnya. Karena setelah ujian, mereka harus bertugas menjadi penguji dan pengawas ujian adik-adik kelas.
Di pertengahan tahun ajaran kedua, santri kelas enam menghadapi ujian yang jauh lebih banyak. Selain ujian tulis gelombang kedua (berisi sisa mata pelajaran yang belum diujikan di gelombang pertama), siswa kelas enam juga harus lulus ujian Praktek Mengajar (amaliyyatut-tadris). Lalu ada juga ujian lisan yang lagi-lagi materinya diambil dari pelajaran kelas satu sampai kelas enam, plus materi ujian kepondokmodernan.
Tidak berhenti sampai di situ, setiap santri yang ingin lulus dari Gontor harus membuat karya ilmiah dan mengikuti studi tur ke beberapa perusahaan atau mengunjungi pengusaha sukses di beberapa daerah. Dan masih banyak aktifitas pamungkas lain yang harus dituntaskan.
Kelas B
Â
Setelah semua ujian dilalui, tibalah pengumuman hasil ujian akhir. Santri yang mendapatkan nilai terbaik akan duduk di kelas B begitu seterusnya. Dengan adanya pembagian kelas berdasarkan hasil ujian ini, setiap tahun santri berlomba-lomba meraih hasil terbaik agar bisa duduk di kelas B, C, D (atau paling tidak satu-dua tingkat setelahnya). Walhasil, setiap kelas diisi oleh sejumlah murid dengan standar kemampuan yang sama, sehingga proses belajar-mengajar jadi jauh lebih efisien. Dan harap dicatat, di Gontor tidak ada kelas A, sama halnya tidak ada nilai 10 untuk apapun pelajaran yang diujikan. Agar santri tidak merasa sempurna dan selalu termotivasi untuk belajar dan belajar.
Pengumuman kelulusan untuk kelas enam juga dikelompokkan berdasarkan pencapaian nilai, yaitu mumtaz (istimewa), jayyid jiddan (baik sekali), jayid (baik), maqbul (diterima) dan mardud (ditolak). Namun harap dicatat, dalam memberikan penilaian, pondok tidak hanya mengacu pada hasil ujian lisan atau tulis semata, tapi juga mempertimbangkan budi pekerti santri.
~~ikuti iskandarjet di facebook dan twitter~~
Baca juga:
- Di Gontor, Tidak Ada Ujian Nasional! (Bagian 1)
- Galeri Foto di Gontor, Saat Tidak Ada Ujian Nasional (Bagian 3)
- Mengapa di Gontor Tidak Ada Ujian Nasional? (Bagian 4)
Baca juga: