Ujian Tulis
Dua hari berselang, ujian tulisan dilaksanakan secara serempak. Inilah ujian paling ketat yang pernah ada. Yang menihilkan upaya nyontek.
Kelas-kelas berubah formasi. Meja-meja diatur terbalik: posisi laci menghadap ke depan, sehingga tidak ada ruang buat santri untuk menyembunyikan sesuatu di dalam laci. Setiap ruangan diawasi oleh lima orang pengawas, terdiri dari guru dan santri kelas enam. Mereka berkeliling memperhatikan gerak-gerik santri selama ujian berlangsung. Posisi santri juga diatur sedemikian rupa, sehingga setiap peserta ujian tidak duduk berdekatan dengan teman sekelasnya. Orang yang duduk di samping kanan-kiri, depan dan belakangnya, berasal dari kelas yang berbeda.
Satu ruangan diisi oleh 20-30 santri dari beberapa kelas yang berbeda. Sebelum memasuki ruangan, semua buku dan catatan harus diletakkan di luar. Hanya alat tulis yang boleh masuk ruangan.
[caption id="attachment_239623" align="aligncenter" width="464" caption="Ilustrasi pembagian kelompok ujian tulis Gontor yang diisi oleh murid kelas 1, 2 dan 3. (iskandarjet)"]

Kalau sampai ada santri yang ketahuan nyontek, langsung dikembalikan ke orang tuanya selama satu tahun alias di-skors! Jadi percuma saja nyontek, karena risikonya adalah mengulang kelas di tahun berikutnya.
Setiap hari, ada tiga mata pelajaran yang diuji dengan durasi 90 menit untuk masing-masing pelajaran. Ujian di pondok tidak mengenal pilihan ganda sehingga strategi hitung kancing tidak berlaku di sini. Semua pertanyaan harus dijawab dalam bentuk esai. Soal dibuat oleh salah seorang guru yang penunjukannya dilakukan secara rahasia.
Setiap santri menerima lembar soal dan lembar jawaban berbentuk kertas buram polos ukuran HVS. Di ujung atas kertas jawaban terdapat secarik kertas kecil berisi nomor induk santri dan nomor ujian. Kalau mau menambah kertas jawaban, tinggal angkat tangan, bisa minta sepuasnya. Beberapa pelajaran memang membutuhkan paparan panjang sehingga satu lembar sangat tidak cukup untuk menampung jawaban. Panitia juga menyediakan lem kertas yang dibuat massal dari tepung kanji. Santri dilarang menyantumkan nama di dalam lembar jawaban.
Setelah jawaban dikumpulkan, petugas akan memberikan nomor pada lembar jawaban dan lembar kecil berisi identitas tadi. Guru pemeriksa hanya akan menerima lembar jawaban, sehingga dia tidak tahu pemiliknya sama sekali. Ini diterapkan untuk menghindari kolusi dan nepotisme antara guru dan muridnya. Bisa Anda bayangkan bagaimana kerja keras para guru dalam memeriksa lembar jawaban, karena tidak ada soal yang jawabannya hanya A, B, C atau D.
Ujian Kelas 6
Gontor menggunakan kurikulum KMI (Kulliyyatul Mualimin al Islamiyyah), berlaku untuk kelas 1 (setingkat 1 SMP) sampai kelas 6 (setingkat 3 SMA). Ujian tulis untuk kelas enam merupakan ujian yang komprehensif, meliputi semua mata pelajaran yang sudah diajarkan di kelas satu sampai kelas 6. Karena banyaknya materi yang harus dipelajari, ujian tulis untuk kelas enam dibagi menjadi dua gelombang.